Minggu, 06 Januari 2013

0

Suspensi

Suspensiii

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Beberapa bentuk sediaan obat yang umumnya dipakai dalam pembuatan obat, setiap bentuk sediaaan memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan untuk apa obat tersebut dipakai. Salah satu bentuk sediaan dari obat yang sering dijumpai dan sering digunakan adalah suspensi.
suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut tetapi terdispersi dalam fase cair. Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan secara fisiologi dapat diabsorpsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk pemakaian luar denagn tujuan penyalutan. Sediaan dalam bentuk suspensi juga ditujukan untuk pemakaian oral dengan kata lain pemberian yang dilakukan melalui mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna atupun bentuk wadahnya. Pada prinsipnya zat yang terdispersi pada suspensi haruslah halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Selain larutan, suspensi juga mengandung zat tambahan (bila perlu) yang digunakan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog dan dituang.
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum.
Beberapa suspensi diperdagangan tersedia dalam bentuk siap pakai, telah disebarkan  dalam cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan farmasetik lainnya.
Selain itu pembuatan suspensi ini didasarkan pada pasien yang sukar menerima tablet atau kapsul, terutama bagi anak-anak dan lansia, dapat menutupi rasa obat yang tidak enak atau pahit yang sering kita jumpai pada bentuk sediaan tablet, dan obat dalam bentuk sediaan suspensi lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul dikarenakan luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat. Oleh karena itu dibuatlah sediaan suspensi. Pembuatan suspensi ini pula didasarkan pada pengembangan sediaaan cair yang lebih banyak diminati oleh masyarakat luas. Tetapi dalam pembuatan suspensi juga memerlukan ketelitian dalam proses pembuatan sehingga kestabilannya dapat terjaga.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Penggunaan dalam bentuk suspensi bila dibandingkan dengan larutan sangatlah efisien sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
Kekurangan suspensi sebagai bentuk sediaan adalah pada saat penyimpanan, memungkinkan terjadinya perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi, deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi atau perubahan temperatur.
Sasaran utama didalam merancang sediaan berbentuk suspensi adalah untuk memperlambat kecepatan sedimentasi dan mengupayakan agar partikel yang telah tersedimentasi dapat disuspensi dengan baik.
Jadi, alasan pembuatan suspensi yaitu untuk membuat sediaan obat dalam bentuk cair dengan menggunakan zat aktif yang tidak dapat larut dalam air tetapi hanya terdispersi secara merata. Dengan kata lain, bahan-bahan obat yang tidak dapat larut dapat dibuat dalam bentuk suspensi.
Dengan demikian sangatlah penting bagi kita sebagai tenaga farmasis untuk mengetahui dan mempelajari pembuatan sediaan dalam bentuk suspensi yang sesuai dengan persyaratan suspensi yang ideal ataupun stabil agar selanjutnya dapat diterapakan pada pelayanan kefarmasian dalam kehidupan masyarakat.

B. PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN PERMASALAHAN
1.      Suspensi Chloramphenicol palmitat
a.       Permasalahan
-          Suspensi dengan cara pengendapan kembali
b.      Penyelesaian permasalahan
-          Memperkecil diameter partikel bahan aktif dalam suspensi
-          Bahan aktif diperkecil agar zat aktif lebih mudah terdispersi secara homogen.



2.      Suspensi Bismuth Sub nitrat
a.       Permasalahn
-          Membuat suspensi terflokulasi
b.      Penyelesaian permasalahan
-          Dengan menggunakan dispersi dimana pertama kali kita membuat mucilago kemudian serbuk bahan obat dicampur ke dalam mucillago yang telah terbentuk kemudian diencerkan, flokulasi encer dan ditambahkan langsung pada bahan yang diflokulasi.















BAB II
LANDASAN TEORI

Suspensi adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
Menurut FI  Edisi III, suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut , terdispersi dalam cairan pembawa.
            Menurut FI Edisi IV, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
            Menurut Formularium nasional Edisi II, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah :
1.    Ukuran partikel.
2.    Sedikit banyaknya bergerak partikel (viskositas)
3.    olak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik
4.    Kadar partikel terdispersi
Ciri-ciri sediaan suspensi adalah :
-  Terbentuk dua fase yang heterogen
-  Berwarna keruh
-  Mempunyai diameter partikel > 100 nm
-  Dapat disaring dengan kertas saring biasa
 -  Akan memisah jika didiamkan
Ø  Macam-macam suspensi
 Suspensi berdasarkan kegunaanya
  1. Suspensi oral
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat  yang terdispersi dalam cairan pembawa dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditunjukan untuk penggunaan oral.
  1. Suspensi topical
Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikael-partikel padat yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
  1. Suspensi tetes telinga
Yaitu sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada bagian telinga luar.
  1. Suspensi optalmik
Yaitu sediaan cair yang steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
 
·          Suspensi berdasarkan istilah
1.    Susu
Yaitu suspensi untuk pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk penggunaan oral. Contohnya : susu magnesia
2.    Magma
Yaitu suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragredasi kuat yang menghasilkan konsistansi seperti jell dan sifat relogi tiksotropik
3.      Lotio
 Untuk golongan suspensi tropical dan emulsi untuk pemakaian pada kulit.
·            Suspensi berdasarkan sifatnya
1.        Suspensi deflokulasi
a.       Ikatan antar partikel terdispersi kuat
b.      Partikel dispersi mudah mengendap
c.       Partikel dispersi mudah terdispersi kembali
d.      Partikel dispersi tidak membentuk cacking yang keras
2.    Suspensi flokulasi
a.       Ikatan antar partikel terdispersi lemah
b.      Partikel dispersi mengendap secara perlahan
c.       Partikel dispersi susah terdispersi kembali
d.      Partikel dispersi membentuk cacking yang keras

Syarat-syarat suspensi adalah sebagai berikut :
Menurut FI edisi III adalah :
§  Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
§  Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
§  Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
§  Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang
§  Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama
Menurut FI edisi IV adalah :
§  Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal
§  Suspense yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus mengandung anti mikroba
§  Suspense harus dikocok sebalum digunakan.

Cara pembuatan suspensi
Suspensi dapat dibuat dengan cara :
Ø  Metode dipersi
Serbuk yang terbagi halus didispersikan kedalam cairan pembawa. Umumnya sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi yang penting adalah pertikel-pertikel harus terdispersi betul dalam fase cair. Mendispersikan serbuk yang tidak larut dalam air kadang-kadang sukar, hal ini disebabkan karena adanya udara, lemak yang terkontaminasi pada permukaan serbuk. Serbuk dengan sudut kontak 900C disebut hidrofob. Contohnya sulfur, magnesium stearat, dan magnesium karbonat. Untuk menurunkan tegangan antar muka, antara partikel padat dan cairan pembawa digunakan zat pembasah dengan nilai HCB (hidrofil lipofil balance) atau keseimbangan hidrofil lipofil. Nilai HLB 7-9 dan sudut kontak jadi kecil. Udara yang dipindahkan dan partikel akan terbasahi dapat pula menggunakan gliserin, larutan Gom, propilenglikol untuk mendispersi parikel padat. Biasa juga digunakan Gom (pengental).

Ø  Metode presipitasi
Metode ini terbagi atas 3 yaitu :
ü  Metode presipitasi dengan bahan organic
Dilakukan dengan cara zat yang tak larut dengan air, dilarutkan dulu dengan pelarut organic yang dapat dicampur air. Pelarut organic yang digunakan adalah etanol, methanol, propilenglikol, dan gliserin. Yang perlu diperhatikan dari metode ini adalah control ukuran partikel yang terjadi bentuk polimorfi atau hidrat dari Kristal.
ü  Metode presipitasi dengan perubahan PH dari media
Dipakai untuk obat yang kelarutannya tergantung pada PH.
ü  Metode presipitasi dengan dekomposisi rangkap/penguraian
Dimana stabilitas fisik yang optimal dan bentuk rupanya yang baik bila suspensi diformulasikan dengan partikel flokulasi dalam pembawa berstruktur atau pensuspensi tipe koloid hidrofi. Bila serbuk telah dibasahi dan didispersikan diusahakan untuk membentuk flokulasi terkontrol agar tidak terjadi sediaan yang kompak yang sulit didispersi kembali. Untuk membentuk flokulasi digunakan elektrolit, surfaktan, dan polimer.

Bentuk suspensi yang diinginkan
1)      Partikel-partikel harus mengendap secara perlahan
2)      Partikel-partikel yang mengendap harus mudah didispersikan kembali
3)      Suatu suspensi yang terflokulasi lebih diinginkan daripada suspensi yang terdeflokulasi.
4)      Suatu suspensi tidak boleh terlalu kental untuk mengurangi kecepatan sedimentasi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam suspensi adalah :
1.   Kecepatan sedimentasi (hokum stokes)
Untuk sediaan farmasi, tidak mutlak dipakai untuk sediaan farmasi biasanya dimana bentuk suspensorik tidak teratur, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan supaya suspensi stabil sehingga tidak cepat mengendap. Maksudnya akan terbentuk cacking dan homogenitas kurang. 
 2.   Pembahasan serbuk
 Pembasahan adalah fenomena terjadinya kontak antara medium pendispersi dan medium terdispersi dimana permukaan padat udara digantikan oleh padat cair. Untuk menurunkan tegangan permukaan digunakan wetting agent atau surfaktan (zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan) misalnya span dan tween.

3.   Floatasi
Floatasi atau trafung disebabkan oleh :
-   Perbedaan densitas
-   Partikel padat hanya terbasahi dan tetap pada permukaan
-   Adanya absorbsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan humektan (zat yang digunakan untuk membasahi zat padat).
4.      Pertumbuhan Kristal
          Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh, bila terjadi perubahan suhu akan terjadi pertumbuhan kristal ini dapat dicegah dan penambahan surfaktan.
5.     Pengaruh gula
-         Penambahan larutan gula dalam suspensi akan mengakibatkan fiskositas suspensi naik.
-         Konsentrasi gula yang besar akan menyebabkan akan terbentuknya kristalisasi dengan cepat Gula cair 25% mudah ditumbuhi bakteri hingga diperlukan pengawet
-         Hati-hati jika ada alkohol dalam suspensi
6.      Pemilihan metode dispersi, depokulasi, dan prokulasi
        Komponen sediaan suspensi :
          Komposisi sediaan suspensi yaitu :
1. Zat aktif
2. Bahan tambahan :
                                  -            Bahan pensuspensi / suspending agent, fungsinya adalah untuk memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan resin, dan bahan berlemak. Contoh untuk golongan polisakarida yaitu seperti gom akasia, tragakan, alginat starc. Sedangkan pada golongan selulosa larut air yaitu seperti metil selulosa, hidroksi etilselulosa, avicel, dan na-cmc.untuk golongan tanah liat misalnya seperti bentonit, aluminium magnesium silikat, hectocrite, veegum. Sementara itu untuk golongan sintetik seperti carbomer, carboxypolymethylene, colloidal silicon dioxide.
                                  -            Bahan pembasah (wetting agent) / humektan, fungsinya adalah untuk menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut. Misalnya gliserin, propilenglikol, polietilenglikol, dan lain-lain.
                                  -            Pemanis, fungsinya untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Misalnya sorbitol dan sukrosa.
                                  -            Pewarna dan pewangi, dimana zat tambahan ini harus serasi. Misalnya vanili, buah-buahan berry, citrus, walnut, dan lain-lain.
                                  -            Pengawet, sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan tempat tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang. Pengawet yang sering digunakan adalah metil atau propil paraben, asam benzoat, chlorbutanol, dan senyawa ammonium.
                                  -            Antioksidan, jarang digunakan pada sediaan suspensi kecuali untuk zat aktif yang mudah terurai karena teroksidasi.misalnya hidrokuinon, asam galat, kasein, sisteina hidroklorida, dan juga timol.
                                  -            Pendapar, fungsinya untuk mengatur pH, memperbesar potensial pengawet, meningkatkan kelarutan. Misalnya dapar sitrat, dapar fosfat, dapar asetat, dan juga dapar karbonat.
                                  -            Acidifier, fungsinya untuk mengatur pH, meningkatkan kestabilan suspensi, memperbesar potensial pengawet, dan meningkatkan kelarutan. Misalnya asam sitrat.
                                  -            Flocculating agent, merupakan bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat atau floc. Misalnya polisorbat 80 (untuk surfaktan), tragakan (polimer hidrofilik), bentonit (untuk clay), dan juga NaCl (untuk elektrolit).
Kriteria suspensi yang ideal :
Partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama dan tidak mengendap cepat dalam wadah.
Endapan yang terbentuk tidak boleh keras (kompak) dan harus terdispersi dengan cepat dengan sedikit pengocokan.
Harus mudah dituang, memiliki rasa enak dan tahan terhadap serangan mikroba
Untuk obat luar, harus mudah disebar dipermukaan kulit dan tidak cepat hilang ketika digunakan serta  cepat kering.

Keuntungan dan kerugian sediaan suspensi
        -   Keuntungan :
                           1.          Baik digunakan untuk pasian yang sukar menerima tablet/ kapsul, terutama anak-anak.
                           2.          Homogenitas tinggi
                           3.          Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul karena luas permukaan
                           4.          kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat
                           5.          Dapat menutupi rasa tidak enak/pahit obat (dari larut/tidaknya)
                           6.          Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
        -   Kerugian :
                           1.          Kestabilan rendah (pertumbuhan Kristal (jika jenuh), dan degradasi)
                           2.          Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun
                           3.          Alirannya menyebabkan sukar dituang
                           4.          Ketetapan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
                           5.          Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan system dispersi terutama jika terjadi perubahan temperatur
5.      Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
6.      BAB III
7.      METODE PRAKTIKUM
8.       
9.      A.    RESEP SUSPENSI CHLORAMPENICOL PALMITAT



Dr. Alphian .SIP859458/SIP/2001
Jln. Mekar 18 Kendari
R/        Chloramphenicol palmitat       2,875
            CMC Na                                 0,5
            Polysorbat 80                          0,25
            Propilenglikol                          10
            Sir. Simplex                             15
            Aqua ad                                  50

Pro : Putri

10.   
11.   
12.   
13.   
14.   
15.   
16.   
17.   
18.   
19.   
20.   
21.   
22.   
23.   


24.  B.     KELENGKAPAN RESEP
25.   


26.   
27.   
28.   
29.   
30.   
31.                                                                                                
32.   
33.   
34.   
35.   
36.   


37.   
38.   
39.   
40.   
41.   
42.   
43.              Keterangan :
44.  ·         R/              : Recipe                       : Ambillah
45.  ·         m.f.d.s       : misce fac da signa     : campur buat dan tandai
46.  ·         3 dd                      : ter de die                   : 3 x sehari
47.  ·         ck              : cochlear                     :  sendok makan
48.  ·         pro                         : propere                      : untuk
49.   
50.   
51.   
52.  C.     URAIAN BAHAN
53.   
54.  1.      CHLORAMPHENICOL PALMITAT (FI Edisi III Hal. 145)
55.  Nama resmi                   : CHLORAMPHENICOLI PALMITAS
56.  Nama sinonim               : kloramfenikol palmitat
57.  Rumus molekul             : C27H42Cl2N2O6
58.  Berat molekul               : 561,56
59.  Pemerian                       :  serbuk hablur halus, licin, putih, bau lemah,rasa tawar
60.  Kelarutan                      :  praktis tidak larut dalam air, larut dalam 45 bagian  etanol (95%)p, dalam 6 bagian kloroform p, dan  dalam 14 bagian eter p
61.  Penyimpanan                : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
62.  Khasiat                         :  antibiotikum (obat yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme atau membunuh mikroorganisme)
63.   
64.  2.      CMC Na (FI Edisi III Hal. 401)
65.  Nama resmi                   : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
66.  Nama sinonim               : natrium karboksimetil selulosa
67.  Pemerian                       :  serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading tidak berbau atau hampir tidak berbau, higroskopik
68.  Kelarutan                      :  mudah mendispersi dalam air,membentuk suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95%)p, dalam eter p dan dalam pelarut organic lain
69.  Penyimpanan                :  dalam wadah tertutup rapat
70.  Khasiat                         : zat tambahan
71.   
72.  3.      POLYSORBAT 80 (FI Edisi III Hal. 509)
73.  Nama resmi                   : POLYSORBATUM 80
74.  Nama sinonim               : polisorbat 80
75.  Pemerian                       :  cairan kental seperti minyak, jernih, kuning, bau asam lemak, khas
76.  Kelarutan                      :  mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)p, dalam etil asetat p dan dalam etanol p, sukar larut dalam parafin cair, dan dalam minyak biji kapas p
77.  Penyimpanan                : dalam wadah tertutup rapat
78.  Khasiat                         : zat tambahan
79.   
80.  4.      PROPILENGLIKOL (FI. Edisi III Hal. 534)
81.  Nama resmi                   : PROPYLENGLYCOLUM
82.  Nama sinonim               : Propilenglikol
83.  Rumus molekul             : C3H8O2
84.  Berat molekul               : 76,10
85.  Pemerian                       :  Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,  rasa agak manis, higroskopik
86.  Kelarutan                      :  Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)p, dan dengan kloroform p, larut dalam 6 bagian eter p, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah p, dan dengan minyak lemak
87.  Penyimpanan                : Dalam wadah tertutup baik
88.  Khasiat                         : Zat tambahan, pelarut
89.   
90.  5.      SIRUP SIMPLEX (FI. Edisi III Hal. 567)
91.  Nama resmi                   : SIRUPUS SIMPLEX
92.  Nama sinonim               : Sirop gula
93.  Pembuatan                    : Larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metal paraben 0,25% b/v secukupnya hingga diperoleh    100 bagian sirop
94.  Pemerian                       : Cairan jernih, tidak berwarna
95.  Penyimpanan                : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk
96.   
97.  6.      AQUADEST ( FI.Edisi III Hal.96 )
98.  Nama resmi                   : AQUA DESTILLATA
99.  Nama sinonim               : Air suling, Air murni
100.                                                                         Rumus molekul          : H2O
101.                                                                         Berat molekul            : 18,02
102.                                                                         Pemerian        :           Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
103.                                                                         Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
104.                       
105.                      D.    PERHITUNGAN BAHAN
106.                      1.      Chloramphenicol palmitat = 2,875 gram
107.                      2.      CMC Na                           = 0,5 gram
108.                      ·         Air panas                           = 20 bagian x 0,5 (bb CMC Na)
109.                      = 10 gram   ∞ 10 mL
110.                      ·         Air dingin                                     = 10 bagian x 0,5 (bb CMC Na)
111.                                 = 5 gram ∞ 5 mL
112.                      3.      Polysorbat 80                                = 0,25 gram
113.                      4.      Propilenglikol                                = 10 gram
114.                      5.      Sir. Simplex                                   = 15 gram
115.                      6.      Aqua ad                            = 50 – (2,875+0,5+0,25+10+15+10+5)
116.                      = 50 – 43,625 = 6,375 gram ∞ 6,375 mL
117.                       
118.                      E.     ALAT DAN BAHAN
119.                      *      ALAT
120.                      1.      Botol 50 g
121.                      2.      Cawan krus
122.                      3.      Gelas ukur
123.                      4.      Hot plate
124.                      5.      Kertas perkamen
125.                      6.      Lap kasar
126.                      7.      Lap halus
127.                      8.      Lumpang dan alu
128.                      9.      Pipet tetes
129.                      10.  Sendok tanduk
130.                      11.  Sudip
131.                      12.  Timbangan kasar
132.                      *      BAHAN
133.                      1.      Aquadest
134.                      2.      Cholaramphenikol palmitat
135.                      3.      CMC Na
136.                      4.      Polisorbat 80
137.                      5.      Propilenglikol
138.                      6.      Sirup simplex
139.                       
140.                      F.      CARA KERJA
141.                      1.      Siapkan alat dan bahan yang digunakan
142.                      2.      Tara botol 50 gram
143.                      3.      Buat mucilago Na.CMC
144.                      ·         Timbang Na.CMC 0,5 gram, ukur aqua panas 10 mL kemudian masukkan dalam mortir
145.                      ·         Taburkan Na.CMC kedalam mortir yang telah berisi aqua panas
146.                      ·         Diamkan 15 hingga 20 menit ad mengembang
147.                      ·         Ukur aqua dingin 5 mL tambahkan lalu kocok
148.                      4.      Timbang propilenglikol 10 gram, pada cawan yang telah ditara
149.                      5.      Timbang polisorbat-80 0,25 gram pada cawan yang telah ditara
150.                      6.      Timbang kloramfenikol 2,875 gram
151.                      7.      Campur propilenglikol dan polisorbat, panaskan diatas hotplate, aduk lalu masukkan kloramfenikol sambil diaduk
152.                      8.      Semua campuran  dituangkan pada Na.CMC sambil digerus
153.                      9.      Timbang sir. Simplex 15 gram dalam cawan kemudian campur pada campuran tadi
154.                      10.  Masukkan dalam botol, tambahkan sisa aqua ad 50 gram
155.                      11.  Beri etiket putih dan tulisan “kocok dahulu “
156.                       
157.                      G.    WADAH
158.                      -          Botol 50 g
159.                       
160.                      H.    ETIKET PUTIH
161.                       
Apotek Bina Husada Kendari
Jln. Asrama Haji no.17 Telp. 0401 319093
Apoteker  : Tantri
SIK           : F.11.113                                                            
No                  :  07                                  Tgl : 20-4-12  
Nama             : Putri
Aturan Pakai  :   3  x  sehari  1     
Tablet                                                                                     
Kapsul                                                                             
                                                      Sendok makan

                     Sebelum / sesudah makan
162.                                             
163.                       
164.                       
165.                       
166.                       
167.                       
168.                       
169.                       
170.                       
171.                       
172.                       
173.                      A.    RESEP  NO. SUSPENSI BISMUTH SUB NITRAT



Dr. Syelomitha
SIP 859458/IDI/2003
Jln. Mekar 18 Kendari
R/        Bismuth subnitrat        2
            Tragacanth                  0,65
            Alkohol                       4
            Sod. Citrat                  0,01
            Aqua ad                      60
            m. f. d. s. tdd.c1
Pro       : Anna

174.                       
175.                       
176.                       
177.                       
178.                       
179.                       
180.                       
181.                       
182.                       
183.                       
184.                       
185.                       
186.                      B.     KELENGKAPAN RESEP


187.                       
188.                       
189.                       
190.                       
191.                       
192.                                                                                                                                                                                            
193.                       
194.                       
195.                       
196.                       


197.                       
198.                       
199.                       
200.                       
201.                       
202.                       
203.                                  Keterangan :
204.                      ·         R/              : Recipe                       : Ambillah
205.                      ·         m.f.d.s       : misce fac da signa     : campur buat dan tandai
206.                      ·         3 dd                      : ter de die                   : 3 x sehari
207.                      ·         c 1                         : cochlear unum           : 1 sendok
208.                       
209.                      C.     URAIAN BAHAN
210.                      1.      BISMUTH SUBNITRAT (FI Edisi III Hal.118)
211.                                                                         Nama resmi    : BISMUTHI SUBNITRAS
212.                                                                         Nama sinonim            : bismuth subnitrat
213.                                                                         Pemerian        :           serbuk hablur renik, putih, tidak berbau, tidak berasa , berat
214.                                                                         Kelarutan       :           praktis tidak larut dalam air dan dalam pelarut organik, larut sempurna dalam asam klorida p dan dalam asam nitrat p
215.                                                                         Penyimpanan             :           dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
216.                                                                         Khasiat          :           adstrigen saluran pencernaan (obat yang digunakan untuk menciutkan selaput lendir dalam saluran pencernaan)
217.                       
218.                       
219.                       
220.                       
221.                      2.      TRAGACANTH (FI Edisi III Hal. 616)
222.                                                                         Nama resmi    : TRAGACANTHA
223.                                                                         Nama sinonim            : tragakan
224.                                                                         Pemerian        : tidak berbau, hampir tidak berasa
225.                                                                         Kelarutan       :           dalam air agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang menjadi massa homogen, lengket dan seperti gelatin
226.                                                                         Penyimpanan             : dalam wadah tertutup baik
227.                                                                         Khasiat          : zat tambahan
228.                                                                          
229.                      3.      AETHANOLUM (FI.Edisi III Hal.66)
230.                                                                         Nama resmi    : AETHANOLUM
231.                                                                         Nama sinonim            : Etanol, Alkohol
232.                                                                         Pemerian        :           Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
233.                                                                         Kelarutan       :           Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p, dan dalam eter p
234.                                                                         Penyimpanan             :           Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
235.                                                                         Khasiat          :           Zat tambahan
236.                                                                          
237.                      4.      SOD. CITRAT (FI Edisi III Hal. 406)
238.                                                                         Nama resmi    : NATRII CITRAS
239.                                                                         Nama sinonim            : natrium sitrat
240.                                                                         Rumus molekul          : C6H5Na3O7.2H2O
241.                                                                         Berat molekul            : 294, 10
242.                                                                         Pemerian        : hablur tidak berwarna atau serbuk halus putih
243.                                                                         Kelarutan       : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, praktis tidak larut dalam etanol (95%)p
244.                                                                         Penyimpanan             : dalam wadah tertutup rapat
245.                                                                         Khasiat          :           antikoagulan (obat yang berfungsi mencegah terjadinya pembekuan darah)
246.                       
247.                      5.      AQUADEST (FI.Edisi III Hal.96)
248.                                                                         Nama resmi    : AQUA DESTILLATA
249.                                                                         Nama sinonim            : Air suling, Air murni
250.                                                                         Rumus molekul          : H2O
251.                                                                         Berat molekul            : 18,02
252.                                                                         Pemerian        :           Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
253.                                                                         Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
254.                       


255.                      D.    PERHITUNGAN BAHAN
256.                      1.      Bismuth subnitrat = 2 gram
257.                      Aqua untuk membasahi, yang akan dipipet
258.                       =  x 2 gram = 0,5 mL
259.                      2.      Tragakan               = 0,65 gram
260.                      Mucilago tragakan      = 20 bagian aqua x berat tragakan
261.                                                          = 20 x 0,65 = 13 mL
262.                      Jadi, air untuk tragakan 13 mL
263.                      3.      Alcohol                  =  =  = 4,9 mL
264.                      4.      Sod. Citrat                         = 0,01 gram = 10 mg
265.                      Pengenceran Na. sitrat :
266.                      =  x 20 mL = 4 mL
267.                      5.      Aqua                                 = 60 – (2+0,5+0,65+13+4,9+4)
268.                                              = 60 – 25,05 = 34, 95 mL
269.                       
270.                      E.     ALAT DAN BAHAN
271.                      *      ALAT
272.                      1.      Batang pengaduk
273.                      2.      Botol 60 mL
274.                      3.      Gelas ukur
275.                      4.      Kertas perkamen
276.                      5.      Pipet tetes
277.                      6.      Lap halus
278.                      7.      Lap kasar
279.                      8.      Lumpang dan alu
280.                      9.      Sendok tanduk
281.                      10.  Sudip
282.                      11.  Timbangan kasar
283.                      12.  Tisu
284.                       
285.                      *      BAHAN
286.                      1.      Aquadest
287.                      2.      Alkohol
288.                      3.      Bismuth sub nitrat
289.                      4.      Natrium sitrat
290.                      5.      Tragakan
291.                       
292.                      F.      CARA KERJA
293.                      1.      Siapkan alat dan bahan
294.                      2.      Tara botol 60 gram
295.                      3.      Buat mucilago tragakan dengan cara timbang 0,65 gram tragakan, basahi dengan aqua 13 mL, tambahkan alcohol 4,9 mL lalu diamkan hingga membentuk mucilago
296.                      4.      Gerus bismuth subnitrat 2 gram, basahi dengan aqua 0,5 mL
297.                      5.      Ambil 4 mL sod.sitrat, masukkan kecampuran sebelumnya
298.                      6.      Buat pengenceran natrium Sitrat dan ambil 4 mL , kemudian masukkan dalam campuran No.5
299.                      7.      Masukkan No. 5 ke No. 4, gerus, kemudian masukkan dalam botol
300.                      8.      Ditambahkan aqua ad 60 g
301.                      9.      Beri etiket putih yang berlabel “ kocok dahulu “
302.                       
303.                      G.    WADAH
304.                      -          Botol 60 mL
305.                       
306.                      H.    ETIKET PUTIH



APOTEKBINA HUSADA
Jln.Asrama haji No. 17 C Telp. 319130
Apoteker         : Tantri
SIK                 : F.11.113
No : 08                                    Tgl : 20-04-2012
Nama pasien    : Anna
Aturan pakai   : 3 x sehari 1    sendok makan
Kocokdahulu
Sebelum/sesudahmakan

307.                       
308.                                             
309.                       
310.                       


311.                       
312.                       
313.                       
314.                       
315.                       
316.                       
317.                       
318.                       
319.                       
320.                       
321.                       
322.                       
323.                       
324.                       
325.                       
326.                      BAB IV
327.                      PEMBAHASAN
328.                       
329.                                                                                                                                                                                  Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Dalam pembuatan suspensi, kita selaku praktikan mengharapkan hasil dari suspensi yang kita buat itu adalah merupakan suspensi yang masuk dalam kategori suspensi ideal atau stabil setidaknya. Suspensi yang ideal merupakan suspensi yang memiliki kriteria yakni, partikel yang terdispersi harus mempunyai ukuran yang sama dan tidak mengendap cepat dalam wadah, endapan yang terbentuk tidak boleh keras, dan harus terdispersi dengan cepat dengan sedikit pengocokan, harus mudah dituang, memiliki rasa enak dan tahan terhadap serangan mikroba, untuk obat luar harus mudah disebar dipermukaan kulit dan tidak cepat hilang ketika digunakan serta cepat mengering.
330.             Namun dalam praktikum, tidak semua suspensi yang dihasilkan itu merupakan suspensi yang ideal ataupun stabil. Hal ini bisa saja disebabkan karena kurangnya ketelitian kita selaku praktikan pada saat dilakukannya pembuatan suspensi sehingga menyebabkan sediaan suspensi tidak maksimal hasilnya. Suspensi yang tidak sempurna pada biasanya disebabkan oleh mucillagonya yang kadang-kadang tidak mengembang sehingga menyebabkan suspensi tidak maksimal. Pada pembuatan mucilago, sering dialami kegagalan sebab pada saat penuangan air panas misalnya, bahan yang ada di dalam mortir tidak dengan cepat diaduk pada saat dituangkan air panasnya sehingga menyebabkan mucilago tidak mengembang.
331.                                                                                                                                                                                  Pada peracikan R/7, sediaan suspensi yang mengandung chlorampenicol palmitat, dibuat dengan cara pengendapan kembali dimana untuk membuat suspensi ini maka para praktikan haruslah memperkecil diameter partikel dari bahan aktifnya. Pada pembuatan suspensi ini chloramphenicol palmitat dan bahan natrium CMC-nya terlebih dahulu dilarutkan dalam air panas sebab kita ketahui sendiri bahwa kelarutan dari natrium CMC adalah dia akan mudah mendispersi dalam air, kemudian setelah itu barulah dilakukan penambahan aqua dingin.
332.                                                                                                                                                                               Bahan propilenglikol dicampur terlebih dahulu dengan polisorbat kemudian dipanaskan setelah itu chlorampenikolnya ditambahkan terakhir. Hal ini dimaksudkan agar pada saat menuangkan campuran tersebut ke dalam mucillago natrium CMC, akan membentuk mucilago yang  sempurna. Dengan begitu hasil dari pembuatan suspensi yang kita dapatkan bisa dikategorikan ke dalam suspensi yang ideal ataupun stabil.
333.                                                                                                                                                                                Pada pembuatan suspensi bismuth subnitrat, menggunakan sistem pembuatan suspensi terflokulasi. Suspensi ini dibuat dengan cara flokulasi agent dilarutkan dalam larutan encer secara langsung pada bahan yang akan di flokulasi. Pada pembuatan suspensi R/8 bismuth subnitrat ini, kesalahan sering terjadi pada saat dilakukannya pembuatan mucillago tragakan. Kesalahan ini biasanya disebabkan karena pada saat dilakukannya pembasahan pada tragakan oleh aqua serta penambahan pada alkoholnya. Hal seperti ini biasanya menyebabkan endapan yang terjadi tidaklah sempurna atau maksimal sehingga memerlukan pengocokan yang maksimal pula agar dapat terdispersi kembali.
334.                                                                                                                                                                                Kesalahan yang sering terjadi pada saat pembuatan suspensi harulslah menjadi acuan untuk kita sebagai praktikan agar pada pembuatan suspensi selanjutnya dapat dperoleh hasil yang maksimal. Karena dengan belajar dari kesalahan seperti inilah kita dapat menciptakan ataupun menghasilkan sediaan suspensi yang ideal dan stabil.
BAB V
PENUTUP
335.                                                                                                                                                                       
336.                                                                                                                                                                      A. KESIMPULAN
337.                      1.      Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
338.                      2.      Salah satu keuntungan suspensi adalah tertutupnya rasa tidak enak atau rasa pahit obat yang kebanyakan kurang disukai oleh anak-anak sehingga memungkinkan untuk diberikan pada anak-anak.sedangkan kerugiannya adalah pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi.
339.                      3.      Suspensi yang ideal setidaknya haruslah dibuat dengan tepat, mengendap secara lambat dan harus rata lagi bila dikocok.
340.                       
341.                                                                                                                                                                      B. SARAN
342.                      §  Diharapkan kepada semua mahasiswa/siswi untuk  lebih banyak belajar mengenai sifat, stabilitas, tipe suspensi maupun cara melarutkan dan penyimpananya.
343.                      §  pada saat pembuatan suspensi, praktikan harus mengetahui kelarutan dari bahan-bahan obat yang dikerjakan, Praktikan juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas suspensi, agar dapat menghasilkan suspensi yang baik.
344             


Read More
0

Biokimia kefarmasian


BIOKIMIA FARMASI

Inti Materi kuliah tambahan Biologi Farmasi Pre-UAS untuk mahasiswa Akademi Farmasi Muhamadiyah Kuningan
Obat sintetis vs Obat Tradisional
Pengertian Obat
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
Obat merupakan benda yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh.
Obat merupakan senyawa kimia selain makanan yang bisa mempengaruhi organisme hidup, yang pemanfaatannya bisa untuk mendiagnosis, menyembuhkan, mencegah suatu penyakit.
Bahan Obat / Bahan Baku
Semua bahan, baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, yang berubah maupun yang tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam produk ruahan. Produk ruahan merupakan tiap bahan yang telah selesai diolah dan tinggal memerlukan pengemasan untuk menjadi obat jadi.
A. Obat kimia/Sintesis/semisintesis
Penggolongan Obat
Obat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:
1) Obat Bebas, merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan tepi lingkaran berwarna hitam. Obat bebas umumnya berupa suplemen vitamin dan mineral, obat gosok, beberapa analgetik-antipiretik, dan beberapa antasida. Obat golongan ini dapat dibeli bebas di Apotek, toko obat, toko kelontong, warung.
2) Obat Bebas Terbatas, merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna biru dengan tepi lingkaran berwarna hitam. Obat-obat yang umunya masuk ke dalam golongan ini antara lain obat batuk, obat influenza, obat penghilang rasa sakit dan penurun panas pada saat demam (analgetik-antipiretik), beberapa suplemen vitamin dan mineral, dan obat-obat antiseptika, obat tetes mata untuk iritasi ringan. Obat golongan ini hanya dapat dibeli di Apotek dan toko obat berizin.
3) Obat Keras, merupakan obat yang pada kemasannya ditandai dengan lingkaran yang didalamnya terdapat huruf K berwarna merah yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam. Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter atau obat yang masuk kedalam OWA (Obat Wajib Apotek), Obat Wajib Apotek adalah daftar obat obat keras yang dapat diserahkan oleh APOTEKER. Obat golongan ini hanya dapat diperoleh di Apotek .
4) Obat Narkotika, merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (UURI No. 22 Th 1997 tentang Narkotika). Obat ini pada kemasannya ditandai dengan lingkaran yang didalamnya terdapat palang (+) berwarna merah.
Obat Narkotika bersifat adiksi dan penggunaannya diawasi dengan ketet, sehingga obat golongan narkotika hanya diperoleh di Apotek dengan resep dokter asli (tidak dapat menggunakan kopi resep). Contoh dari obat narkotika antara lain: opium, coca, ganja/marijuana, morfin, heroin, dan lain sebagainya. Dalam bidang kesehatan, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan analgetik/obat penghilang rasa sakit.
Psikotropika adalah Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.
B. Obat Tradisional
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.
Beberapa perusahaan mengolah obat-obatan tradisional yang dimodifikasi lebih lanjut. Bagian dari Obat tradisional yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga. Bentuk obat tradisional yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia dan tablet.
Penggolongan Obat Tradisional
Obat bahan alam yang ada di Indonesia saat dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
  1. Jamu (Empirical based herbalmedicine)Logo Jamu Tradisional
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional. Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur . Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris turun temurun.
2. Obat Herbal Terstandar (Scientificbased herbal medicine)
Logo Obat Herbal terstandar
Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengant enaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikutis tandar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akutmaupun kronis.
3. Fitofarmaka (Clinical basedherbal medicine)
Logo Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarati lmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.
Vitamins A D E K B C and What They Do
What are these wonder micronutrients that your body cannot produce all by itself but needs them badly in trace quantities? They are called vitamins. Vitamins are not synthesized or produced by the body so they need to be obtained by humans through the food they eat. Humans need 13 vitamins to maintain good health.
It is important to know that there are two kinds of vitamins for safety purposes for one of them might cause toxicity when taken in large dosages. Here are the two types of vitamins, the vitamins included on each type, their function and sources.
Fat-soluble vitamins are dietary supplements that may be absorbed by the body’s fat. This absorption means that these vitamins can stay in the body, particularly in the liver, as long as they want. Because they are stored, they don’t need to be replaced daily. These fat-soluble vitamins include vitamin A, D, E and K.
Vitamin A works for healthy eyes, maintenance of a good complexion and prevents aging. Sources of this vitamin are vegetables, kidney, liver and milk. When the body lacks this vitamin, nigh blindness, xerophthalmia or no tear secretion, phrynoderma or toad skin, retarded growth and low resistance against infection may occur on the person.
Vitamin D helps in the burning of calcium and phosphorus, and proper development of bones and teeth. It is commonly found in liver, dairy food and eggs. Deficiency of this vitamin will cause rickets or brittle bones, osteomalacia or softening of the bones, and poor development of teeth.
Vitamin E aids in the proper functioning of the reproductive organs, acts as an antioxidant and also helps in the maintenance of a good skin. Sources of vitamin E are green leafy vegetables, milk, butter and meat. Deficiency of this vitamin may result to abnormal development of the fetus and infertility.
Vitamin K is for the proper functioning of liver and normal clotting of blood. Vitamin K could be taken from green leafy vegetables and soybeans. A person lacking this vitamin may be afflicted with hemorrhages.
Water-soluble vitamins are micronutrients that are not stored in the body and must be replaced in a regular basis. They are dissolved in water and eliminated in urine. These vitamins are easily washed out or removed during food preparation. Vitamins considered as water-soluble are the B-complex vitamins and vitamin C.
The B-complex vitamins include thiamin, riboflavin, niacin, pantothenic acid, folate, B6 and biotin. They support the body in maintaining a good eyesight, healthy skin, normal appetite, a healthy nervous and circulatory system. Sources of these vitamins include enriched grain products like white rice, breakfast cereals, pasta, breads and white flour. Deficiency of these vitamins may result to pernicious anemia, pellagra, beri-beri and other B-complex related deficiency diseases. Vitamin C or ascorbic acid is another water-soluble vitamin that helps in the wound healing process, production of brain hormones and maintenance of blood vessels, teeth and bones. Ascorbic acid is from citrus fruits and other vegetables. If one lacks this vitamin, he may succumb to hemorrhages, rough, dry skin, scurvy, sore joints and bones and increased risk to infections.
These dietary supplements must always be taken with precaution and must follow a certain recommended daily allowance to ensure safety and effectiveness
KOLESTEROL
Kolesterol (Yun.: chole = empedu, stereos = Padat) adalah zat alamiah dengan sifat fisik serupa lemak dengan rumus steroida, seperti banyak senyawa alamiah lainnya. Kolesterol merupakan bahan bangun penting bagi tubuh untuk sintesa (pembentukan) zat-zat seperti membran sel , bahan isolasi sekitar serat saraf, hormon kelamin dan anak-ginjal, vitamin D serta asam empedu. Kolesterol terdapat dalam lemak hewani, kuning telur dan batu empedu. Penyerapan atau resorpsi makanan dari usus hanya terjadi bila ada cukup asam empedu untuk mengemulsinya. Jumlah penyerapan tergantung dari susunan makanan, antara lain kandungan kolesterol, lemak hewani dan serat nabati. Setiap hari dapat diserap sebanyak 200-600 mg kolesterol. Di samping itu tubuh, terutama hati, membentuk 700-1.000 mg kolesterol sehari untuk memenuhi kebutuhannya.
Kolesterol dan telur. Sejak dulu telah diduga bahwa telur dapat meningkatkan kadar kolesterol darah, maka asupannya harus dibatasi sampai 1 telur seminggu. Dewasa ini diketahui bahwa orang sehat dapat setiap hari mengkonsumsi telur tanpa meningkatkan risiko PJP (Penyakit Jantung dan Pembuluh darah) atau stroke (JAMA 1999; 281: 1387-94 dan BMJ 1999; 318: 1094). Mungkin sekali kadar asam lemak jenuh yang tinggi dalam telur juga memegang peranan dalam kasus ini.
Sintesa. Dalam keadaan normal hati melepaskan kolesterol ke darah sesuai kebutuhan. Tetapi bila makanan mengandung banyak kolesterol atau lemak hewani jenuh maka kadar kolesterol darah akan meningkat. Setelah diserap tubuh, sebagian lemak dalam bahan pangan digunakan sebagai sumber energi, melalui reaksi penguraian: CO2 + H2O + kalori. Zat-zat perombakan lainnya di dalam hati digunakan lagi untuk sintesa kolesterol dan lemak lain. Sintesa endogen (proses pembentukan yang terjadi di dalam tubuh dengan sendirinya) ini disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya selama berpuasa atau bila terdapat banyak kolesterol dalam pangan, pembentukannya berkurang. Sebaliknya, bila kadar asam empedu menurun, sintesanya meningkat untuk dibiotransformasikan menjadi asam empedu lagi. Lazimnya, sekitar 2/3 dari kolesterol tubuh disintesa secara endogen, hanya 1/3 berasal dari pangan (eksogen). Sebagian orang, secara bawaan cenderung membentuk banyak kolesterol endogen, terlepas dari kebiasaan makannya. Mereka merupakan penderita hiperkolesterolemia familial (keturunan).
1.2 Lipoprotein
divider
Kolesterol adalah zat dengan sifat fisik serupa lemak atau Lipida. Lipida darah terutama dapat berjenis (1) kolesterol, (2) trigliserida (minyak), (3) asam lemak bebas dan (4) fosfolipida, yang semuanya tidak dapat larut dalam darah (lebih dari 50% darah terdiri dari air). Lipida diangkut dengan plasma darah dalam bentuk partikel-partikel yang memiliki kulit (shell) hidrofil yang terdiri dari fosfolipida dan kolesterol bebas. Lapisan permukaan partikel ini juga terdiri dari apolipoprotein yang berfungsi sebagai “etiket” (label pengenal) untuk reseptor-reseptor sel. Senyawa kompleks dengan protein transpor disebut lipoprotein yang dapat bercampur baik dengan darah. Sekitar dua per tiga dari plasma lipoprotein disintesa dalam hati.
Ada beberapa jenis lipoprotein yang dibedakan sesuai kandungan lipidanya yaitu :
(1) Chylomicron (baca: kilomikron) dibentuk di dinding usus dari trigliserida dan kolesterol berasal dari makanan. Lalu TG (trigeliserida) ini dihidrolisa oleh lipoproteinlipase dan sisanya diekskresi oleh hati.
Kiomikron ini memiliki nilai perbandingan lemak dan protein yang tertinggi (lebih banyak lemaknya ketimbang protein), dan tugasnya adalah membawa energi dalam bentuk lemak ke otot. Walaupun molekul-molekul ini tinggi lemak, diyakini bahwa kilomikron tidak menyebabkan penyakit jantung karena dua alasan. Pertama, kilomikron adalah 90% trigliserida dalam beratnya dan hanya memiliki sedikit saja kolestrol di dalamnya. Kedua, orang dengan metabolisme lipid yang normal membersihkan kilomikron dari aliran darah sekitar 12 jam setelah mengonsumsi makanan yang berlemak. Ini lah alasan mengapa dokter meminta pasien untuk berpuasa selama 12 jam sebelum menjalani tes kolesterol—sehingga kilomikron tidak akan ada dalam darah sama sekali. lni memungkinkan dokter untuk mendapatkan angka akurat dari lipoprotein lainnya, yang dianggap memiliki dampak lebih besar dalam risiko penyakit jantung atau atherosclerosis (pengerasan akibat pengapuran pembuluh darah akibat endapan LDL – lihat 1.5 ) pada umumnya.
Pada metabolisme lipid yang normal, usus biasanya mengemas trigliserida dari Iemak makanan yang dikonsumsi menjadi kilomikron dan melepaskannya ke dalam aliran darah. Kilomikron lalu melepaskan banyak dari asam lemaknya ke jaringan jaringan tubuh (seperti hati dan otot-otot rangka), memberikan energi kepada hati dan otot rangka yang dibutuhkan untuk berfungsi dengan baik. Sisanya, sisa-sisa kilomikron pergi ke hati tempat ia akan disaring keluar dari aliran darah.
Ada tiga kemungkinan yang terjadi saat asam lemak dibawa dalam kilomikron yang beredar. (1) Mereka dapat digunakan sebagai energi oleh berbagai jaringan tubuh; (2) mereka dapat diambil oleh jaringan adiposa (lemak) dan disimpan sebagai energi di masa depan; atau (3) mereka dapat pergi ke hati, tempat mereka dapat digunakan sebagai bahan bakar atau diubah menjadi trigliserida. Jika mereka pergi ke hati, organ ini akan mengambil trigliserida yang sudah diubah, mengemasnya dengan kolesterol dan protein, lalu melepaskan paket paket ini ke dalam aliran darah sebagai lipoprotein dengan densitas yang sangat rendah (VLDL).
(2) VLDL (very low density lipoprotein) dari hati, yang bersama chylomicron mengangkut sebagian besar TG dan asam lemak bebas ke jaringan otot dan lemak.
VLDL, atau lipoprotein dengan densitas yang sangat rendah ini dibuat oleh hati dari lemak, protein, dan karbohidrat yang diambil dari makanan. VLDL menjalankan fungsi yang sama seperti kilomikron membawa lemak ke otot sehingga otot bisa menggunakannya sebagai energi. Namun, tidak seperti kilomikron, ketika tubuh melepaskan sebagian trigliserida dari suatu partikel VLDL untuk menghasilkan energi, VLDL itu akan menjadi LDL.
(3) LDL (low density lipoprotein) mengangkut sebagian besar (k.l. 70%) kolesterol darah dari hati yang memiliki reseptor-reseptor LDL ke jaringan. Proses penarikan LDL dari plasma melalui reseptor-reseptor ini merupakan mekanisme utama dalam pengendalian level LDL. Dalam hal tertentu, oksi-LDL, yakni kolesterol yang telah dioksidasi oleh radikal bebas, dapat mengendap pada dinding pembuluh dan mengakibatkan atherosclerosis.
(4) HDL (High Density Lipoprotein) mengangkut kelebihan kolesterol (dan asam lemak) – yang tidak dapat digunakan oleh jaringan perifer – kembali ke hati untuk diubah menjadi asam empedu. Dengan bantuan enzim LCAT (= lecithine Cholesterol acyl-transferase), yang telah terendap pada dinding pembuluh “dilarutkan” (secara kimiawi: pembentukan ester dengan lesitin) dan diangkut pula ke hati. HDL memiliki berat jenis tertinggi.
Partikel-partikel lipoprotein (chylomicron dan VLDL) tidak bersifat aterogen karena ukurannya yang besar (diameter 30-600 nm) sehingga tidak memungkinkan menembus dinding saluran darah. Sebaliknya partikel LDL (diameter 19-25 dapat dengan mudah menembus dinding arteri dan menjadi penyebab utama dari atherosclerosis. HDL yang memiliki partikel terkecil (diameter 4-10 nm) mampu mengangkut kolesterol dari dinding arteri, yang merupakan dasar dari sifat anti–aterogennya.
* Apolipoprotein (apo) adalah komponen protein penting dari pelbagai lipoprotein di samping komponen lipida tersebut di atas. Apo ini berfungsi a.l. sebagai ligand (label, etiket) bagi pengikatan pada reseptor LDL. Ada lima jenis, yakni apo-A, B, C, D dan E, dengan sub-kelasnya. Selain fraksi-fraksi lipida, juga apo-B dan apo-AI (protein dalam masing-masing VLDL/LDL dan HDL) ternyata bersifat aterogen kuat dan merupakan indikator risiko pula bagi PJP.
Tabel 1: Jenis lipoprotein, diameter, berat jenis dan komposisinya.
Tabel 1 Kandungan Liporoteins
1.3 HiperLipidemia (HLD)
divider
Hiperlipidemia (lebih tepat hiperlipoproteinemia) adalah kelainan atau penyakit pada keadaan dimana kadar Lipoprotein darah meningkat akibat predisposisi genetik (keturunan) (hiperlipidaemia primer) dan/atau yang berhubungan pula dengan kebiasaan makan (diet) individual.
Untuk hiperlipidemia primer dapat dibedakan dua jenis, yakni:
- Hiperkolesterolemia dengan peningkatan Kadar LDL (dan kolesterol total).
Gangguan pada metabolisme lemak ini merupakan gangguan yang paling umum dan sekitar 5% dari kasus adalah familial (keturunan), tetapi dalam 95% dari kasus tidak diketahui penyebabnya.
- Hipertrigliseridemia, adalah kelainan atau penyakit dimana kadar TG meningkat.
Kilomikron yang terbentuk dari lemak pangan tadi di dinding usus kurang lebih 85% terdiri dari TG dan hanya sekitar 4 % dari kolesterol dalam kapiler jaringan-otot dan jaringan-lemak, TG dirombak di bawah pengaruh lipoproteinlipase menjadi produk yang masih mengandung banyak TG dan kolesterol. Produk ini lazimnya diolah lebih lanjut oleh hati. Tetapi bila pengolahannya tidak sempurna, maka sisanya setelah makan masih bersirkulasi dalam darah untuk jangka waktu lama, sehingga dengan demikian terjadi hipertrigliseridemia. Jenis HLD ini dapat ditentukan dengan naiknya kadar kilomikron segera setelah makan. Pada umumnya gangguan ini jauh hari sudah menimbulkan bentuk atherosclerosis serius dan timbulnya masalah sekitar usia 30 tahun.
1.4 Batasan Nilai Kolestrol Normal
divider
Nilai kolesterol normal sangat bervariasi secara geografis. Di negara-negara Asia-Afrika, makanan sehari-hari umumnya mengandung lebih sedikit kalori, lemak hewani dan protein. Dengan demikian, nilai tersebut umumnya lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara Barat, misalnya kadar kolesterol total masing-masing rata-rata 3,9 mmol/l (= 150 mg%) dan 5,2 mmol/l (= 200 mg%). Pada tabel 2 diberikan angka-angka yang dianggap normal bagi Indonesia dan negara-negara Barat, serta angka yang meningkat di atas normal.
Tabel 2 Angka Kolesterol dan TG
Semua bayi dilahirkan dengan kadar kolesterol rata-rata 80-100 mg% (2-2,6 mmol/l) yang selama pertumbuhan berangsur-angsur naik sampai k.l. 150 mg% (3,9 mmol/1). Di negara berkembang, pada umumnya kadar menetap di tingkat ini, sedangkan di negara Barat nilainya terus meningkat sampai rata-rata 220 mg% (5,8 mmol/1). Kenaikan tersebut secara fisiologis tidak normal dan diperkirakan ada hubungan kausal dengan susunan makanan yang tak tepat, khususnya mengandung terlampau banyak lemak jenuh.
1.5 Atherosclerosis (AS)
divider
Atherosclerosis (Yun. athere = bubur, skleros = keras), juga disebut pengapuran pembuluh, adalah gangguan arteri besar dan sedang yang bercirikan bengkak lokal pada lapisan-dalam (intima) dan pengerasan pada lapisan-tengah (media) dinding pembuluh. Bengkak itu terdiri dari oksi-LDL yang telah mempenetrasi sel-sel intima, endapan kapur, fibrinogen serta jaringan-ikat dan disebut atheroma (bengkak berisi zat lunak seperti bubur).
Etiologi (Sebab-Musabab). Di negara-negara Barat kasus atherosclerosis (AS) sering ditemukan, hingga banyak orang menganggapnya sebagai proses menua normal. Proses terjadinya gangguan ini kebanyakan sudah dimulai pada orang dewasa muda usia 20-30 tahun dengai munculnya ‘fatty streaks’ pada intima. Fatty streaks adalah bercak-bercak yang terdiri dar sel-sel busa berisi lemak yang menumpuk di intima. Pada fase selanjutnya oksi-LDL dan garam kalsium, sel-sel radang dan jaringan-ikat tertimbun pada streaks tsb. yang lalu diselubungi dengan jaringan otot-polos. Fase ini dapat berlangsung selama puluhan tahun tanpa gejala, dimana streaks menebal sampai 2-3% setahun. Akhirnya antara usia 50-60 tahun terjadi plaques aterosklerosis, plak/lempeng tebal yang menyumbat pembuluh hingga lubangnya menyempit sampai 30% dan penyaluran darah sangat terhambat. Lagi pula kelenturannya sangat berkurang. Baru pada saat itu muncullah gangguan serius dan tergantung dari lokasi penyumbatannya dapat timbul beberapa gejala misalnya angina, infark jantung dan stroke. Insidensi dan parahnya gangguan-gangguan ini diperkuat oleh faktor-faktor penyebab risiko lain seperti merokok, hipertensi, DiabeteS , penyakit jantung atau pembesaran bilik jantung kiri. Peradangan dinding pembuluh berperan penting pada komplikasi AS.
Penanganan hiperlipidemia. Atherosclerosis yang sudah terbentuk pada hakikatnya tidak bisa ditiadakan dengan pengobatan. Beberapa riset menunjukkan bahwa penurunan kolesterol total dengan anti-lipemika dapat “melarutkan” plak aterosklerosis. Untuk pelarutan ini, peningkatan HDL adalah lebih utama daripada penurunan LDL. Selain kombinasi damar (resin) dengan asam nikotinat, penghambat reduktase (statin), dapat menimbulkan peningkatan HDL tersebut.
Dalam situasi gawat tertentu dapat dilakukan rekanalisasi dari arteri yang telah tersumbat oleh atheroma (metode dr Dotter ‘dottering’), atau dalam kasus berat bedah by pass.
Disamping pengobatan dan intervensi bedah juga penyesuaian pola hidup dan diet sehat berguna sekali untuk usaha menurunkan kolesterol tinggi.
* Diet penurunan lipid. Unsur-unsur utama yang berkaitan dengan cara ini adalah:
- kurangi pemasukan lemak (sampai k.l. 30% dari energi total) ; kurangi asupan produk-produk dairy dan daging (susis, kornet) yang merupakan sumber utama lemak jenuh untuk digantikan dengan ikan dan unggas.
- substitusi minyak jenuh dengan minyak mono/poly-unsaturated (minyak olive kembang matahari, jagung atau kedele) kurangi asupan kolesterol dengan menghindari a.l. jeroan, hati, otak dll.
- tingkatkan asupan serat, mis. Sayuran, buah-buahan, sereal (serat) murni dll.
- makan makanan yang mengandung ester stanol. Stanol tumbuhan, seperti margarin khusus (Benecol), mengurangi absorpsi kolesterol dari saluran cerna. Mekanismenya adalah stanol menempati titi-titik dalam misel yang mengantar lipid ke sel-sel mukosa lambung-usus.
- kurangi asupan alkohol, karena bila berlebihan, ini merupakan sebab penting dari hiperlipidemia sekunder dan mengakibatkan parahnya gangguan primer;
- kurangi berat badan, Obesitas merupakan faktor risiko gangguan kardiovaskuler, juga mengakibatkan lebih parahnya gangguan hiperlipidemia.

Read More
0

Katakn sesuatu ?


Read More

Blog teman" q

Blogger news

Pages

SigfriedTonggeEsnyhayon. Diberdayakan oleh Blogger.

Ads 468x60px

GeofreyRibazz

Followers

Search

Featured Posts