Senin, 07 Januari 2013

Viskositas


VISKOSITAS

Nama                                                   : Sigfried Tongge
Hari, tanggal Pratikum                        : Selasa, 24 April 2012
Materi Percobaan                                : Viskositas
Pustaka                                                :
-          Martin Alfred Ph, D.Swarbrick James, Cammarata Arthur. 1990.Fisika Farmasi, UL, PREES : Jakarta.
-          Soedojo, Peter, B.Sc. 2004. Fisika Dasar : ANDI Yogyakarta.
-          Martin, A.N., J. Swarbrick, A. Cammarata. 2006. Physical Pharmacy, 5th  ed. Philadelphia : Lea & Febier.
-          Lecture Note “ Rheologi ” by Dr.rer.nat. Sundani Nurono Soewandhi, scool of Pharmacy ITB.
 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Di dalam kehidupan sehari – hari kita tidak pernah jauh dari zat – zat cair yang selalu ada di sekeliling kita, dan pada setiap orang menyadari bahwa ada beberapa cara yang dapat menyebabkan suatu cairan bisa mengalir lebih mudah dari pada zat – zat yang lainnya. Di dalam proses pengukuran sifat zat cair dan kekentalannya maka sering dikaitkan dengan metode  dari Viskositas. Metode viskositas sendiri, berkaitan dengan suatu keadaan atau fase viskeus, yakni fase yang berada di antara zat padat dan zat cair yang terjadi sewaktu bahan padat menjadi lembek dan sebelum menjadi cair sewaktu dipanaskan. Namun, tidak semua bahan dapat mengalami fase viskeus sebelum menjadi cair. Karena dalam fase viskeus ini, mengalirnya suatu bahan tidak leluasa seperti cairan karena adanya hambatan diantara bagian – bagiannya atau diantara lapisan – lapisan dalam gerakan alirannya.

Viskositas juga membicarakan tentang masalah gesekan yang terjadi antara bagian – bagian atau lapisan – lapisan pada suatu cairan atau fluida pada umumnya, yang bergerak antara satu dengan yang lain. Tentunya gesekan atau hambatan tersebut ditimbulkanoleh gaya tarik - menarik antara molekul – molekul disatu lapisan dengan moleku – molekul dilapisan lain. Gaya interaktif itu terutama ialah gaya elektrostatika, yaitu gaya antara muatan – muatan listrik. Selain itu pada viskositas kita dapat menentukan jumlah kekentalan dalam suatu zat padat, yang dalam kemanfaatna ini nantinya kita dapat mengaplikasikan di dalam bidang kefarmasian. Oleh sebab itu kita dengan mengadakan praktik serta pembelajaran terhadap materi fiskositas ini sangantlah diperlukan karena nantinya kita dapat menentukan suatu konsentrasi kekentalan yang baik di dalam suatu sediaan obat nanti.


1.2  Tujuan
Ø  Mengetahui pengertian dari viskositas
Ø  Mengetahui macam – macam viskositas
Ø  Mengetahui macam – macam alat pengukur viskositas
Ø  Mengetahui fungsi dan perinsip dari alat – alat tersebut
Ø  Mengetahui cara menghitung viskositas

1.3  Manfaat
Ø  Dapat memanfaatkan viskositas didunia Farmasi
Ø  Dapat mengetahui suatu kekentalan yang baik dalam sediaan obat


                                                                       BAB II
DASAR TEORI

2.1  Pengertian
            Rheologi berasal dari bahasa Yunani yaitu, rheo dan logos. Rheo berarti mengalir, dan logos berarti ilmu. Sehingga rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat padat. Rheologi dari suatu produk tertentu dapat berkisar dalam kosistensi dari bentuk cair ke semisolid sampai padatan. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan obat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersedian hayati dalam tubuh ( bioavailability). Sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju absorbs obat dalam tubuh. Dalam penelitian dan teknologi farmasetik dan sejenisnya, pengukuran rheologi digunakan untuk mengkarakterisasi kemudahan penuangan dari botol, penekan atau pemencatan dari suatu tube atau wadah lain yang dapat berubah bentuk, pemeliharaan bentuk produk diatas atau atau kedalam kulit, dan bahkan pemompaan produk dari pencampuran dan pencampuran dan penyimpanan kealat pengisian atau pelewatan dari suatu jarum suntik yang diproduksi oleh industry.
Kekentalan, ( Viskositas, Viscosity ) adalah resistensi zat cair untuk mengalir, semakin tinggi viskositas cairan akan besar resistensinya. Viskositas berpengaruh pada proses penyerapan obat dari saluran pencernaan.  Dalam bidang farmasi, prinsip – prinsip rheologi diaplikasikan dalam pembuatan emulasi, losion, pasta, penyalut tablet, dan lain – lain. Selain itu, prinsip rheologi digunakan juga untuk karakterisasi produk sedian farmasi ( dosage from ) sebagai penjaminan kualitas yang sama untuk setiap batch. Semisolid ditepkan pada, penyebaran dan pelekatan pada kulit pemindahan wadah, kemampuan zat padat untuk bercampur dengan cairan – cairan, untuk melepaskan obat dari basisnya. Pada bentuk padat diterapkan pada aliran serbuk dari corong kelubang cetakan tablet atau kapsul dan pada pengemasan sebuk atau granul, proses – proses ini sering diterpkan pada kapasitas produk alat dan efisiensi pemerosesan.   Kecenderungan fluida untuk mengalir dengan mudah atau sulit telah menjadi subyek praktis dan kepentingan intelektual pada kehidupan manusia. Ilmuwan inggris Sir Isaac Newton ( 1642 – 1727 ) adalah salah seorang peneliti pendahuluan yang mempelajari tentang aliran fluida. Menurut Beliau “ hambatan yang muncul dari tidak adanya kelicinan dari bagian cairan, yang lain adalah setimbang, yang setara dengan kecepatn dimana bagian cairan dipisahkan dari satu dengan lainnya”. Penerapan rheologi dalam farmasi:
2.2  Fluida
      Fluida adalah suatu zat yang mempunyai kemampuan yang berubah – ubah secara kontinyu suatu cairan yang merupakan kebalikan dari viskositas akan meningkat dengan makin tingginya temperatur.( Martin,1990 ). Viskositas dipengaruhi oleh :
  1. Besar dan bentuk molekul
  2. Viskositas cairan semakin berkurang dengan bertambahnya suhu tapi tak cukup banyak dipengaruhi oleh perubahan tekanan.
  3. Adanya koloid dapat memperbesar viskositas sedang adanya elektrolit akan sedikit menurunkan viskositas dari cairan
Dalam keadaan diam atau dalam keadaan setimbang, fluida tidak mampu menahan gaya geser yang bekerja padanya. Oleh karena itu, fluida mudah berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Pada aliran fluida terjadi karena adanya gaya yang diberikan pada fluida yang menyebabkan adanya pergerakan pada kecepatan tertentu dan besarnya gaya yang tergantung dari suatu viskositas. Aliran fluida terjadi juga jika suatu molekul – molekul suatu fluida saling bergeseran antara satu dengan yang lainnya pada arah tertentu disuatu bidang datar. Sifat – sifat zat cair :
a.       Berat jenisnya adalah berat zat persatuan volume
b.      Kerapatan merupakan massa persatuan volume
c.       Spesifik gravity adalah suatu zat cair dengan perbandingan berat jenisnya terhadap air.




2.3 Viskositas
      Viskositas adalah suatu pernyataan “ tahanan untuk mengalir” dari suatu sistem yang mendapatkan suatu tekanan. Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Hubungan antara bentuk dan viskositas merupakan refleksi derajat solvasi dari partikel.( Moechtar,1990). Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur, maka viskositas cairan justru akan menurun jika temperatur dinaikan.
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi adalah sebagai berikut : system Newton dan system Non-Newton. Pemilihan bergantung pada sifat-sifat alirannya Viskositas dipengaruhi oleh :
1.      Besar dan bentuk molekul
  1. Viskositas cairan semakin berkurang dengan bertambahnya suhu tapi tak cukup banyak dipengaruhi oleh perubahan tekanan.
  2. Adanya koloid dapat memperbesar viskositas sedang adanya elektrolit akan sedikit menurunkan viskositas dari cairan

Metode yang umum digunakan untuk pengukuran kekentalan meliputi penetapan waktubyang dibutuhkan oleh sejumlah volume tertentu cairan untuk mengalir melalui kapiler. Banyak viscometer tabung kapiler telah dirancang, tetapi viskkometer Ostwald dan ubbelohde adalah yang paling sring digunakan. Dalam mengkalibrasi viscometer tipe kapiler, perlu dihitung konstanta viscometer k, dengan rumus :  ( FI IV, hal 1037 )
           
k= v / d.t         v = kekentalan cairan yang diketahui ( centipoises / cp )
                                    d = bobot jenis cairan uji ( gram / liter )
                                     t = waktu alir cairan ( detik ), dari batas atas hingga batas bawah                           dalam tabung kapiler.

            Kekentalan dinamik ditetapkan memakai viscometer kapiler, misalnya viscometer Ostwald. Karena penetapan secara langsung sukar dilakukan, penetapan kekentalan dinamik pada umumnya dilakukan dengan pertolongan cairan pembanding yang kekentalan mutlaknya telah diketahui yaitu digunakan air. Kekentalan dinamik suatu cairan dapat dihitung :
                                                               
                                                                ηx =  ηair . tx . ρx
        tair . ρair
ηx         : Kekentalan cairan x
ηair          : Kekentalan air pada suhu tetap (poise)
tair        : Waktu alir air (detik)
tair        : Waktu alir cairan x (detik)
ρair        : Bobot jenis air (g/l)
ρx         : Bobot jenis cairan x (g/l)

1.      System Newton (ampe aliran dari Newton)
Semakin besar viskositas suatu cairan, akan semakin besar gaya per satuan luas (shearing stress) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu rate of shear tertentu. Oleh karena itu, rate of share harus berbanding langsung dengan  shearing stress.
.Rate of shear (D) dv/dr untuk menyatakan perbedaan kecepatan (dv) antara dua bidang cairan yang dipisahkan oleh jarak yang sangat kecil (dr).
Shearing stress (τ atau F ) F’/A untuk menyatakan gaya per satuan luas yang diperlukan untuk menyebabkan aliran.
F’/A = η dv/dr
η= F’/A = F
     dv/dr   G
Viskositas η merupakan perbandingan antara Shearing stress F’/A dan Rate of shear dv/dr. Satuan viskositas adalah poise atau dyne detik cm -2
Fluiditas merupakan kebalikan dari viskositas. Satuan fluiditas adalah amperter (cps). 1cps= 0,01poise
f = 1/ η

Viskositas Kinematik adalah viskositas ampert dibagi kerapatan cairan (bobot jenis).satuannya adalah stokes, s atau centistokes, cs.
Viskositas kinematik = η /r
Grafik rheogram aliran Newtonian diilustrasikan sebagai berikut :
Besarnya Rate of shear sebanding dengan Shearing stress.
Jadi, perbedaan kecepatan antara bidang cairan yang dipisahkan oleh suatu jarak dilalui oleh gaya yang menyebabkan terjadinya aliran.


Pengaruh Suhu terhadap Viskositas
RUMUS ARRHENIUS :
h = A.eEv/RT
A = konstanta tergantung pada berat molekul dan molar volume cairan
Ev = amper aktivasi yang diperlukan untuk menginisiasi aliran antar molekul
Dibutuhkan lebih banyak amper untuk memecah ikatan dan membuat cairan tersebut mengalir, karena cairan tersebut tersusun dari molekul-molekul yang dihubungkan dengan ikatan ampert. Tetapi ikatan ini akan dipecahkan pada amperter yang tinggi oleh perpindahan panas dan Ev akan menurun dengan nyata. Viskositas cairan akan menurun jika suhu diturunkan, sedangkan viskositas gas meningkat jika suhu dinaikkan.

2.      System Non-Newton
Non-Newtonian bodies adalah zat-zat yang tidak mengikuti persamaan aliran Newton ; disperse heterogen cairan dan padatan larutan seperti koloid, emulsi, ampert cair, salep, dan produk-produk serupa. Jika bahan-bahan non-Newton dianalisis dalam suatu viscometer putar dan hasilnya diplot, diperoleh berbagai kurva konsistensi yang menggambarkan adanya tiga kelas aliran, yakni: plastis, pseudoplastis, dan dilatan.
Ada 3 jenis tipe aliran dalam amper Non-Newtonian, yaitu: Plastis, Pseudoplastis, dan Dilatan. 

1.Aliran Plastis

Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing stress ( atau akan memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut diekstrapolasikan ke sumbu ) pada suatu titik tertentu yang dikenal dengan sebagai harga yield. Cairan plastis tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar yield value tersebut. Pada harga stress di bawah harga yield value, zat bertindak sebagi bahan amper ( meregang lalu kembali ke keadaan semula, tidak mengalir ).

U = ( F – f )
G

a.       U adalah viskositas plastis, dan f adalah yield value.
Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang tersuspensi dalam ampert pekat. Adanya yield value disebabkan oleh adanya kontak antara partikel-partikel yang berdekatan (disebabkan oleh adanya gaya van der Waals), yang harus dipecah sebelum aliran dapat terjadi. Akibatnya, yield value merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi. Makin banyak ampert yang terflokulasi, makin tinggi yield value-nya. Kekuatan friksi antar partikel juga berkontribusi dalam yield value. Ketika yield value terlampaui ( shear stress di atas yield value ), amper plastis akan menyerupai amper newton.



3.      Aliran Pseudoplastis

Aliran pseudoplastis ditunjukkan oleh beberapa bahan farmasi yaitu gom alam dan sisntesis seperti ampert cair dari tragacanth, natrium ampert, metil selulosa, dan natrium karboksimetil selulosa. Aliran pseudoplastis diperlihatkan oleh polimer-polimer dalam larutan, hal ini berkebalikan dengan amper plastis, yang tersusun dari partikel-partikel tersuspensi dalam emulsi. Kurva untuk aliran pseudoplastis dimulai dari (0,0) , tidak ada yield value, dan bukan suatu harga tunggal.
Viskositas aliran pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of shear. Rheogram lengkung untuk bahan-bahan pseudoplastis ini disebabkan adanya aksi shearing terhadap molekul-molekul polimer ( atau suatu bahan berantai panjang ). Dengan meningkatnya shearing stress, molekul-molekul yang secara normal tidak beraturan, mulai menyusun sumbu yang panjang dalam arah aliran. Pengarahan ini mengurangi tahanan dari dalam bahan tersebut dan mengakibatkan rate of shear yang lebih besar pada tiap shearing stress berikutnya :
FN = η’ G
Eksponen N meningkat pada saat aliran meningkat hingga seperti aliran newton. Jika N=1 aliran tersebut sama dengan aliran newton.

d.      Aliran Dilatan
Aliran dilatan terjadi pada ampert yang memiliki presentase zat padat terdispersi dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk mengalir (viskositas) dengan meningkatnya rate of shear. Jika stress dihilangkan, suatu amper dilatan akan kembali ke keadaan fluiditas aslinya.
Pada keadaaan istirahat, partikel-partikel tersebuat tersususn rapat dengan volume antar partikel pada keadaan minimum. Tetapi jumlah pembawa dalam ampert ini cukup untuk mengisi volume ini dan membentuk ikatan lalu memudahkan partikel-partikel bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya pada rate of shear yang rendah. Pada saat shear stress meningkat, bulk dari system itu mengembang atau memuai ( dilate ). Hal itu menyebabkan volume antar partikel menjadi meningkat dan jumlah pembawa yang ada tidak cukup memenuhi ruang kosong tersebut. Oleh karena itu hambatan aliran meningkat karena partikel-partikel tersebut tidak dibasahi atau dilumasi dengan sempurna lagi oleh pembawa. Akhirnya suspense menjadi pasta yang kaku.
Viskometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur besar viskositas suatu larutan          untuk cairan dengan viskositas yang berbeda dengan kondisi aliran. Prinsip kerja viscometer :
Semakin kental suatu cairan maka semakin besar Gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Beberapa tipe amperter yang biasa digunakan antara lain :
1.      Viskometer kapiler / Ostwald
Viskositas dari cairan newton bisa ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika ia mengalir karena gravitasi melalui amperter Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui ( biasanya air ) untuk lewat 2 tanda tersebut.( Moechtar,1990 )
Viskositas cairan merupakan indeks hambatan alir dari suatu cairan, gaya gesek cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada gas, sehingga cairan memiliki koefisien viskositas yang lebih besar daripada gas. Tiap cairan memiliki kemampuan mengalir berbeda-beda sesuai dengan indeks hambatannya.
Alat dan Bahan:
a. Air suling
b. Alat viskometer oswald
c. Pipet volum 10 ml
d Stopwatch
f. Piala gelas 400ml
Cara kerja:
a. Alat viskometer osweald dibersihkan
b. Pipet 5 ml/10ml sampel kemudian diasukkan ke dalam alat viskometer.
c. Tetapkan waktu alir sampel dan standar dengan cara sebagai berikut:
- Sampel/standar dihisap sampai melebihi tanda garis atas.
- Lepaskan alat hisap
- Jalankan stopwatch ketika cairan sampel berimpit dengan tanda garis atas alat viskometer
- Matikan stopwatch ketika cairan sampel berimpit dengan tanda garis bawah alat viskometer.
d. Catat waktu alir yang diperlukan oleh standar (air suling) dan sampel
e. Catat suhu ruangan pengukuran .
f.Pengukuran waktu alir standar dari sampel ulang 3 kali.

Perhitungan:
η contoh = d contoh xt contoh xη air
                                                d standar x t standar

2.      Viskometer Hoppler

Berdasarkan ampe Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya Archimides. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung gelas yang amper tikal berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel. ( Moechtar,1990 )
3.      Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antara dinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penueunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebabkab bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut dengan aliran sumbat ( Moechtar,1990 ).
4.      Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecapatan dan sampelnya digeser didalam ruang sempit antara papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar (Moechtar,1990).
5.      Viskometer kerucut dan lempeng

      Viscometer Ferranti Shirley merupakan contoh dari viscometer kerucut dan lempeng yang berputer. Cara kerjanya sampel ditempatkan di tengah lempeng, kemudian dinaikkan posisinya sampai di bawah kerucut. Kerucut kemudian dinaikkan posisinya sampai di bawah kerucut. Kerucut dikemudikan oleh motor yang kecepatannya dapat diubah-ubah.
Monografi Bahan
Gliserol ( FI IV Hal. 413 )
Gliserol atau gliserin mengandung tidak kurang dari 95,0% C3H8O3. Pemerian cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau  khas lemah ( tajam atau tidak enak ). Bersifat hidoskopik, netral terhadap kertas lakmus. Kelarutannya dapat bercampur dengan air dan etanol, tidak larut dalam kloroform, dala eter, dan dalam minyak lemak dalam minyak menguap. Bobot jenis ( 981 ) tidak kurang dari 1,249. Warna bila dibandingkan warna zat dengan warna larutan yang dibuat dengan mengencerkan 0,40 ml besi golongan III.
Sucrosum / sukrosa / sakarosa ( FI IV, hal. 762 )
           Sukrosa atau sakarosa adalah gula yang diperoleh dari saccharum officiinarum Linne, Beta vugaris Linne dan sumber-sumber lain. Tidak mengandung bahan tambahan. Pada
pemeriannya, hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara. Kelarutannya  sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol,tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. Rotasi jenis ( 1081 ) tidak kurang dari +65.90 , lakukan penetapan menggunakan larutan 2.6 g dalam 10 ml,zat sebelumnya dikeringkan pada suhu 1050 selama 2 jam.




                                                                          BAB III
BAHAN DAN ALAT

3.1    Waktu dan tempat
Praktik Viskositas dilakukan pada hari Selasa, tanggal 24 April 2012 pada pukul 10.50-14.10 yang bertempat di Laboratorium farmagkognosi.

3.2  Alat dan Bahan
Pada praktikum alat-alat yang akan digunakan antara lain
Bola hisap,
Stopwatch,
Beaker glass,
Viscometer ostwald ,
Piknometer,
Beker Glass,
Gelas Ukur 100 ml,
Timbangan analitik.
Bahan-bahan yang akan digunakan adalah
Gliseril 30 ml
Etanol  70 % sebanyak 30 ml
Aquades 150 ml
Sukrosa  60 g untuk  masing – masing konsentrasi 20%, 40%, 60%



                                                                    BAB IV
PROSEDUR KERJA
               
1.      Menyiapkan alat -  alat yang akan digunakan dengan mencuci bersih alat – alat tersebut dan membilasnya dengan aquades lalu dikeringkan.
2.      Menyiapakan bahan – bahan yang akan digunakan.
3.      Menyiapkan bahan – bahan  yang akan digunakan yaitu :
Ø  Pembuatan Etanol 70 %
Diambil etanol 70% lalu diukur ad 30 ml menggunakan Gelas ukur 100 ml

Ø  Pembuatan Sukrosa 20 %. 40 % , 60 %
o   Pembuatan Sukrosa 20 % caranya dengan menimbang Sukrosa sebanyak 20 g pada timbangan analitik setelah itu dilarutkan dengan aquades ad 100 ml
o   Pembuatan sukrosa 40 % caranya menimbang sukrosa sebanyak 40 g pada timbangan analitik setelah itu dilarutkan dengan aquades ad 100 ml
o   Pembuatan sukrosa 60 % caranya menimbang sukrosa sebanyak 60 g pada timbangan analitik setelah itu di larutkan dengan aquades ad 100 ml

Ø  Pembuatan Gliserol
Mengambil gliserol sebanyak 30 ml

A.    Menentukan Bobot Jenis
1.      Timbang piknometer kosong (a)
2.      Isi pikno kosong dengan air, ukur suhu (T0C)
3.      Timbang pikno yang berisi air (b)
4.      Hitung bobot air (b-a)
5.      Bersihkan kembali piknometer, kemudian keringkan lagi
6.      Isi pikno dengan cairan sampel
7.      Timbang pikno yang berisi cairan sampel (c)
8.      Hitung bobot cairan sampel (c-a)
9.        Hitung BJ
                                                                    
            BJzat =      Bobotzat x
Vzat
                                                 

dengan Vzat = Vair
                                                (karena menempati ruang yang sama)
                                                  Vair =  bobot air / ρ air


B.     Menentukan Viskositas :
1.      Masukkan cairan kedalam viskometer dengan pipet volume.
2.      Cairan dihentikan dimasukkan apabila setengah ruang yang berebentuk labu terisi
3.      Tutup tabung yang berdiameter lebih kecil dengan bola hisap
4.      Hisap cairan dengan bola hisap hingga naik diatasnya garis paling atas
5.      Lepaskan bola hisap bila cairan turun tampak pada garis pertama, hidupkan stopwatch. Matikan stopwatch ketika cairan telah mencapai garis kedua.
6.      Lakukan percobaan diatas 3 kali pada masing – masing cairan, hitung rata – rata waktu alir tiap cairan.
7.      Hitung kekentalan, dengan rumus
                        ηcairan =







 Tabel Pengamatan
Pengamatan 1
No
Nama Bahan
Berat Zat
Berat Piknometer  kosong
Berat Piknometer + air (10ml)
Berat Piknometer + Zat
Waktu Alir zat Cair ( detik)
Suhu ( 0C)
1.
Lar. Gula 20%










2.
Lar. Gula 40%









3.
Lar.Gula 60%









4.
Etanol 70%









5.
Gliserin 30 ml









6.
Aquades 150 ml









Pengamatan II
No
Nama Bahan
Berat Zat
Berat Piknometer  kosong
Berat Piknometer + air (10ml)
Berat Piknometer + Zat
Waktu Alir zat Cair ( detik)
Suhu ( 0C)
1.
Lar. Gula 20%










2.
Lar. Gula 40%









3.
Lar.Gula 60%









4.
Etanol 70%









5.
Gliserin 30 ml









6.
Aquades 150 ml









Pengamatan III
No
Nama Bahan
Berat Zat
Berat Piknometer  kosong
Berat Piknometer + air (10ml)
Berat Piknometer + Zat
Waktu Alir zat Cair ( detik)
Suhu ( 0C)
1.
Lar. Gula 20%










2.
Lar. Gula 40%









3.
Lar.Gula 60%









4.
Etanol 70%









5.
Gliserin 30 ml









6.
Aquades 150 ml









Lampiran
No.
Gambar
Nama
1.       



Bola Hisap

2.       



Viskometer Kapiler / Ostwald
3.


Beaker Glass
3.       

Piknometer
4.       


Viskometer Cup
5.       


Stopwatch
6.       

Timbangan Analitik
7.       

Viskometer Cone
8.       

Viskometer hoppler




VISKOSITAS

Nama                                                   : Sigfried Tongge
Hari, tanggal Pratikum                        : Selasa, 24 April 2012
Materi Percobaan                                : Viskositas
Pustaka                                                :
-          Martin Alfred Ph, D.Swarbrick James, Cammarata Arthur. 1990.Fisika Farmasi, UL, PREES : Jakarta.
-          Soedojo, Peter, B.Sc. 2004. Fisika Dasar : ANDI Yogyakarta.
-          Martin, A.N., J. Swarbrick, A. Cammarata. 2006. Physical Pharmacy, 5th  ed. Philadelphia : Lea & Febier.
-          Lecture Note “ Rheologi ” by Dr.rer.nat. Sundani Nurono Soewandhi, scool of Pharmacy ITB.
 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Di dalam kehidupan sehari – hari kita tidak pernah jauh dari zat – zat cair yang selalu ada di sekeliling kita, dan pada setiap orang menyadari bahwa ada beberapa cara yang dapat menyebabkan suatu cairan bisa mengalir lebih mudah dari pada zat – zat yang lainnya. Di dalam proses pengukuran sifat zat cair dan kekentalannya maka sering dikaitkan dengan metode  dari Viskositas. Metode viskositas sendiri, berkaitan dengan suatu keadaan atau fase viskeus, yakni fase yang berada di antara zat padat dan zat cair yang terjadi sewaktu bahan padat menjadi lembek dan sebelum menjadi cair sewaktu dipanaskan. Namun, tidak semua bahan dapat mengalami fase viskeus sebelum menjadi cair. Karena dalam fase viskeus ini, mengalirnya suatu bahan tidak leluasa seperti cairan karena adanya hambatan diantara bagian – bagiannya atau diantara lapisan – lapisan dalam gerakan alirannya.

Viskositas juga membicarakan tentang masalah gesekan yang terjadi antara bagian – bagian atau lapisan – lapisan pada suatu cairan atau fluida pada umumnya, yang bergerak antara satu dengan yang lain. Tentunya gesekan atau hambatan tersebut ditimbulkanoleh gaya tarik - menarik antara molekul – molekul disatu lapisan dengan moleku – molekul dilapisan lain. Gaya interaktif itu terutama ialah gaya elektrostatika, yaitu gaya antara muatan – muatan listrik. Selain itu pada viskositas kita dapat menentukan jumlah kekentalan dalam suatu zat padat, yang dalam kemanfaatna ini nantinya kita dapat mengaplikasikan di dalam bidang kefarmasian. Oleh sebab itu kita dengan mengadakan praktik serta pembelajaran terhadap materi fiskositas ini sangantlah diperlukan karena nantinya kita dapat menentukan suatu konsentrasi kekentalan yang baik di dalam suatu sediaan obat nanti.


1.2  Tujuan
Ø  Mengetahui pengertian dari viskositas
Ø  Mengetahui macam – macam viskositas
Ø  Mengetahui macam – macam alat pengukur viskositas
Ø  Mengetahui fungsi dan perinsip dari alat – alat tersebut
Ø  Mengetahui cara menghitung viskositas

1.3  Manfaat
Ø  Dapat memanfaatkan viskositas didunia Farmasi
Ø  Dapat mengetahui suatu kekentalan yang baik dalam sediaan obat


                                                                       BAB II
DASAR TEORI

2.1  Pengertian
            Rheologi berasal dari bahasa Yunani yaitu, rheo dan logos. Rheo berarti mengalir, dan logos berarti ilmu. Sehingga rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat padat. Rheologi dari suatu produk tertentu dapat berkisar dalam kosistensi dari bentuk cair ke semisolid sampai padatan. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan obat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersedian hayati dalam tubuh ( bioavailability). Sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju absorbs obat dalam tubuh. Dalam penelitian dan teknologi farmasetik dan sejenisnya, pengukuran rheologi digunakan untuk mengkarakterisasi kemudahan penuangan dari botol, penekan atau pemencatan dari suatu tube atau wadah lain yang dapat berubah bentuk, pemeliharaan bentuk produk diatas atau atau kedalam kulit, dan bahkan pemompaan produk dari pencampuran dan pencampuran dan penyimpanan kealat pengisian atau pelewatan dari suatu jarum suntik yang diproduksi oleh industry.
Kekentalan, ( Viskositas, Viscosity ) adalah resistensi zat cair untuk mengalir, semakin tinggi viskositas cairan akan besar resistensinya. Viskositas berpengaruh pada proses penyerapan obat dari saluran pencernaan.  Dalam bidang farmasi, prinsip – prinsip rheologi diaplikasikan dalam pembuatan emulasi, losion, pasta, penyalut tablet, dan lain – lain. Selain itu, prinsip rheologi digunakan juga untuk karakterisasi produk sedian farmasi ( dosage from ) sebagai penjaminan kualitas yang sama untuk setiap batch. Semisolid ditepkan pada, penyebaran dan pelekatan pada kulit pemindahan wadah, kemampuan zat padat untuk bercampur dengan cairan – cairan, untuk melepaskan obat dari basisnya. Pada bentuk padat diterapkan pada aliran serbuk dari corong kelubang cetakan tablet atau kapsul dan pada pengemasan sebuk atau granul, proses – proses ini sering diterpkan pada kapasitas produk alat dan efisiensi pemerosesan.   Kecenderungan fluida untuk mengalir dengan mudah atau sulit telah menjadi subyek praktis dan kepentingan intelektual pada kehidupan manusia. Ilmuwan inggris Sir Isaac Newton ( 1642 – 1727 ) adalah salah seorang peneliti pendahuluan yang mempelajari tentang aliran fluida. Menurut Beliau “ hambatan yang muncul dari tidak adanya kelicinan dari bagian cairan, yang lain adalah setimbang, yang setara dengan kecepatn dimana bagian cairan dipisahkan dari satu dengan lainnya”. Penerapan rheologi dalam farmasi:
2.2  Fluida
      Fluida adalah suatu zat yang mempunyai kemampuan yang berubah – ubah secara kontinyu suatu cairan yang merupakan kebalikan dari viskositas akan meningkat dengan makin tingginya temperatur.( Martin,1990 ). Viskositas dipengaruhi oleh :
  1. Besar dan bentuk molekul
  2. Viskositas cairan semakin berkurang dengan bertambahnya suhu tapi tak cukup banyak dipengaruhi oleh perubahan tekanan.
  3. Adanya koloid dapat memperbesar viskositas sedang adanya elektrolit akan sedikit menurunkan viskositas dari cairan
Dalam keadaan diam atau dalam keadaan setimbang, fluida tidak mampu menahan gaya geser yang bekerja padanya. Oleh karena itu, fluida mudah berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Pada aliran fluida terjadi karena adanya gaya yang diberikan pada fluida yang menyebabkan adanya pergerakan pada kecepatan tertentu dan besarnya gaya yang tergantung dari suatu viskositas. Aliran fluida terjadi juga jika suatu molekul – molekul suatu fluida saling bergeseran antara satu dengan yang lainnya pada arah tertentu disuatu bidang datar. Sifat – sifat zat cair :
a.       Berat jenisnya adalah berat zat persatuan volume
b.      Kerapatan merupakan massa persatuan volume
c.       Spesifik gravity adalah suatu zat cair dengan perbandingan berat jenisnya terhadap air.




2.3 Viskositas
      Viskositas adalah suatu pernyataan “ tahanan untuk mengalir” dari suatu sistem yang mendapatkan suatu tekanan. Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Hubungan antara bentuk dan viskositas merupakan refleksi derajat solvasi dari partikel.( Moechtar,1990). Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur, maka viskositas cairan justru akan menurun jika temperatur dinaikan.
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi adalah sebagai berikut : system Newton dan system Non-Newton. Pemilihan bergantung pada sifat-sifat alirannya Viskositas dipengaruhi oleh :
1.      Besar dan bentuk molekul
  1. Viskositas cairan semakin berkurang dengan bertambahnya suhu tapi tak cukup banyak dipengaruhi oleh perubahan tekanan.
  2. Adanya koloid dapat memperbesar viskositas sedang adanya elektrolit akan sedikit menurunkan viskositas dari cairan

Metode yang umum digunakan untuk pengukuran kekentalan meliputi penetapan waktubyang dibutuhkan oleh sejumlah volume tertentu cairan untuk mengalir melalui kapiler. Banyak viscometer tabung kapiler telah dirancang, tetapi viskkometer Ostwald dan ubbelohde adalah yang paling sring digunakan. Dalam mengkalibrasi viscometer tipe kapiler, perlu dihitung konstanta viscometer k, dengan rumus :  ( FI IV, hal 1037 )
           
k= v / d.t         v = kekentalan cairan yang diketahui ( centipoises / cp )
                                    d = bobot jenis cairan uji ( gram / liter )
                                     t = waktu alir cairan ( detik ), dari batas atas hingga batas bawah                           dalam tabung kapiler.

            Kekentalan dinamik ditetapkan memakai viscometer kapiler, misalnya viscometer Ostwald. Karena penetapan secara langsung sukar dilakukan, penetapan kekentalan dinamik pada umumnya dilakukan dengan pertolongan cairan pembanding yang kekentalan mutlaknya telah diketahui yaitu digunakan air. Kekentalan dinamik suatu cairan dapat dihitung :
                                                               
                                                                ηx =  ηair . tx . ρx
        tair . ρair
ηx         : Kekentalan cairan x
ηair          : Kekentalan air pada suhu tetap (poise)
tair        : Waktu alir air (detik)
tair        : Waktu alir cairan x (detik)
ρair        : Bobot jenis air (g/l)
ρx         : Bobot jenis cairan x (g/l)

1.      System Newton (ampe aliran dari Newton)
Semakin besar viskositas suatu cairan, akan semakin besar gaya per satuan luas (shearing stress) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu rate of shear tertentu. Oleh karena itu, rate of share harus berbanding langsung dengan  shearing stress.
.Rate of shear (D) dv/dr untuk menyatakan perbedaan kecepatan (dv) antara dua bidang cairan yang dipisahkan oleh jarak yang sangat kecil (dr).
Shearing stress (τ atau F ) F’/A untuk menyatakan gaya per satuan luas yang diperlukan untuk menyebabkan aliran.
F’/A = η dv/dr
η= F’/A = F
     dv/dr   G
Viskositas η merupakan perbandingan antara Shearing stress F’/A dan Rate of shear dv/dr. Satuan viskositas adalah poise atau dyne detik cm -2
Fluiditas merupakan kebalikan dari viskositas. Satuan fluiditas adalah amperter (cps). 1cps= 0,01poise
f = 1/ η

Viskositas Kinematik adalah viskositas ampert dibagi kerapatan cairan (bobot jenis).satuannya adalah stokes, s atau centistokes, cs.
Viskositas kinematik = η /r
Grafik rheogram aliran Newtonian diilustrasikan sebagai berikut :
Besarnya Rate of shear sebanding dengan Shearing stress.
Jadi, perbedaan kecepatan antara bidang cairan yang dipisahkan oleh suatu jarak dilalui oleh gaya yang menyebabkan terjadinya aliran.


Pengaruh Suhu terhadap Viskositas
RUMUS ARRHENIUS :
h = A.eEv/RT
A = konstanta tergantung pada berat molekul dan molar volume cairan
Ev = amper aktivasi yang diperlukan untuk menginisiasi aliran antar molekul
Dibutuhkan lebih banyak amper untuk memecah ikatan dan membuat cairan tersebut mengalir, karena cairan tersebut tersusun dari molekul-molekul yang dihubungkan dengan ikatan ampert. Tetapi ikatan ini akan dipecahkan pada amperter yang tinggi oleh perpindahan panas dan Ev akan menurun dengan nyata. Viskositas cairan akan menurun jika suhu diturunkan, sedangkan viskositas gas meningkat jika suhu dinaikkan.

2.      System Non-Newton
Non-Newtonian bodies adalah zat-zat yang tidak mengikuti persamaan aliran Newton ; disperse heterogen cairan dan padatan larutan seperti koloid, emulsi, ampert cair, salep, dan produk-produk serupa. Jika bahan-bahan non-Newton dianalisis dalam suatu viscometer putar dan hasilnya diplot, diperoleh berbagai kurva konsistensi yang menggambarkan adanya tiga kelas aliran, yakni: plastis, pseudoplastis, dan dilatan.
Ada 3 jenis tipe aliran dalam amper Non-Newtonian, yaitu: Plastis, Pseudoplastis, dan Dilatan. 

1.Aliran Plastis

Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing stress ( atau akan memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut diekstrapolasikan ke sumbu ) pada suatu titik tertentu yang dikenal dengan sebagai harga yield. Cairan plastis tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar yield value tersebut. Pada harga stress di bawah harga yield value, zat bertindak sebagi bahan amper ( meregang lalu kembali ke keadaan semula, tidak mengalir ).

U = ( F – f )
G

a.       U adalah viskositas plastis, dan f adalah yield value.
Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang tersuspensi dalam ampert pekat. Adanya yield value disebabkan oleh adanya kontak antara partikel-partikel yang berdekatan (disebabkan oleh adanya gaya van der Waals), yang harus dipecah sebelum aliran dapat terjadi. Akibatnya, yield value merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi. Makin banyak ampert yang terflokulasi, makin tinggi yield value-nya. Kekuatan friksi antar partikel juga berkontribusi dalam yield value. Ketika yield value terlampaui ( shear stress di atas yield value ), amper plastis akan menyerupai amper newton.



3.      Aliran Pseudoplastis

Aliran pseudoplastis ditunjukkan oleh beberapa bahan farmasi yaitu gom alam dan sisntesis seperti ampert cair dari tragacanth, natrium ampert, metil selulosa, dan natrium karboksimetil selulosa. Aliran pseudoplastis diperlihatkan oleh polimer-polimer dalam larutan, hal ini berkebalikan dengan amper plastis, yang tersusun dari partikel-partikel tersuspensi dalam emulsi. Kurva untuk aliran pseudoplastis dimulai dari (0,0) , tidak ada yield value, dan bukan suatu harga tunggal.
Viskositas aliran pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of shear. Rheogram lengkung untuk bahan-bahan pseudoplastis ini disebabkan adanya aksi shearing terhadap molekul-molekul polimer ( atau suatu bahan berantai panjang ). Dengan meningkatnya shearing stress, molekul-molekul yang secara normal tidak beraturan, mulai menyusun sumbu yang panjang dalam arah aliran. Pengarahan ini mengurangi tahanan dari dalam bahan tersebut dan mengakibatkan rate of shear yang lebih besar pada tiap shearing stress berikutnya :
FN = η’ G
Eksponen N meningkat pada saat aliran meningkat hingga seperti aliran newton. Jika N=1 aliran tersebut sama dengan aliran newton.

d.      Aliran Dilatan
Aliran dilatan terjadi pada ampert yang memiliki presentase zat padat terdispersi dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk mengalir (viskositas) dengan meningkatnya rate of shear. Jika stress dihilangkan, suatu amper dilatan akan kembali ke keadaan fluiditas aslinya.
Pada keadaaan istirahat, partikel-partikel tersebuat tersususn rapat dengan volume antar partikel pada keadaan minimum. Tetapi jumlah pembawa dalam ampert ini cukup untuk mengisi volume ini dan membentuk ikatan lalu memudahkan partikel-partikel bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya pada rate of shear yang rendah. Pada saat shear stress meningkat, bulk dari system itu mengembang atau memuai ( dilate ). Hal itu menyebabkan volume antar partikel menjadi meningkat dan jumlah pembawa yang ada tidak cukup memenuhi ruang kosong tersebut. Oleh karena itu hambatan aliran meningkat karena partikel-partikel tersebut tidak dibasahi atau dilumasi dengan sempurna lagi oleh pembawa. Akhirnya suspense menjadi pasta yang kaku.
Viskometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur besar viskositas suatu larutan          untuk cairan dengan viskositas yang berbeda dengan kondisi aliran. Prinsip kerja viscometer :
Semakin kental suatu cairan maka semakin besar Gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Beberapa tipe amperter yang biasa digunakan antara lain :
1.      Viskometer kapiler / Ostwald
Viskositas dari cairan newton bisa ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika ia mengalir karena gravitasi melalui amperter Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui ( biasanya air ) untuk lewat 2 tanda tersebut.( Moechtar,1990 )
Viskositas cairan merupakan indeks hambatan alir dari suatu cairan, gaya gesek cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada gas, sehingga cairan memiliki koefisien viskositas yang lebih besar daripada gas. Tiap cairan memiliki kemampuan mengalir berbeda-beda sesuai dengan indeks hambatannya.
Alat dan Bahan:
a. Air suling
b. Alat viskometer oswald
c. Pipet volum 10 ml
d Stopwatch
f. Piala gelas 400ml
Cara kerja:
a. Alat viskometer osweald dibersihkan
b. Pipet 5 ml/10ml sampel kemudian diasukkan ke dalam alat viskometer.
c. Tetapkan waktu alir sampel dan standar dengan cara sebagai berikut:
- Sampel/standar dihisap sampai melebihi tanda garis atas.
- Lepaskan alat hisap
- Jalankan stopwatch ketika cairan sampel berimpit dengan tanda garis atas alat viskometer
- Matikan stopwatch ketika cairan sampel berimpit dengan tanda garis bawah alat viskometer.
d. Catat waktu alir yang diperlukan oleh standar (air suling) dan sampel
e. Catat suhu ruangan pengukuran .
f.Pengukuran waktu alir standar dari sampel ulang 3 kali.

Perhitungan:
η contoh = d contoh xt contoh xη air
                                                d standar x t standar

2.      Viskometer Hoppler

Berdasarkan ampe Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya Archimides. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung gelas yang amper tikal berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel. ( Moechtar,1990 )
3.      Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antara dinding luar dari bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penueunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebabkab bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut dengan aliran sumbat ( Moechtar,1990 ).
4.      Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecapatan dan sampelnya digeser didalam ruang sempit antara papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar (Moechtar,1990).
5.      Viskometer kerucut dan lempeng

      Viscometer Ferranti Shirley merupakan contoh dari viscometer kerucut dan lempeng yang berputer. Cara kerjanya sampel ditempatkan di tengah lempeng, kemudian dinaikkan posisinya sampai di bawah kerucut. Kerucut kemudian dinaikkan posisinya sampai di bawah kerucut. Kerucut dikemudikan oleh motor yang kecepatannya dapat diubah-ubah.
Monografi Bahan
Gliserol ( FI IV Hal. 413 )
Gliserol atau gliserin mengandung tidak kurang dari 95,0% C3H8O3. Pemerian cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau  khas lemah ( tajam atau tidak enak ). Bersifat hidoskopik, netral terhadap kertas lakmus. Kelarutannya dapat bercampur dengan air dan etanol, tidak larut dalam kloroform, dala eter, dan dalam minyak lemak dalam minyak menguap. Bobot jenis ( 981 ) tidak kurang dari 1,249. Warna bila dibandingkan warna zat dengan warna larutan yang dibuat dengan mengencerkan 0,40 ml besi golongan III.
Sucrosum / sukrosa / sakarosa ( FI IV, hal. 762 )
           Sukrosa atau sakarosa adalah gula yang diperoleh dari saccharum officiinarum Linne, Beta vugaris Linne dan sumber-sumber lain. Tidak mengandung bahan tambahan. Pada
pemeriannya, hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara. Kelarutannya  sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol,tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. Rotasi jenis ( 1081 ) tidak kurang dari +65.90 , lakukan penetapan menggunakan larutan 2.6 g dalam 10 ml,zat sebelumnya dikeringkan pada suhu 1050 selama 2 jam.




                                                                          BAB III
BAHAN DAN ALAT

3.1    Waktu dan tempat
Praktik Viskositas dilakukan pada hari Selasa, tanggal 24 April 2012 pada pukul 10.50-14.10 yang bertempat di Laboratorium farmagkognosi.

3.2  Alat dan Bahan
Pada praktikum alat-alat yang akan digunakan antara lain
Bola hisap,
Stopwatch,
Beaker glass,
Viscometer ostwald ,
Piknometer,
Beker Glass,
Gelas Ukur 100 ml,
Timbangan analitik.
Bahan-bahan yang akan digunakan adalah
Gliseril 30 ml
Etanol  70 % sebanyak 30 ml
Aquades 150 ml
Sukrosa  60 g untuk  masing – masing konsentrasi 20%, 40%, 60%



                                                                    BAB IV
PROSEDUR KERJA
               
1.      Menyiapkan alat -  alat yang akan digunakan dengan mencuci bersih alat – alat tersebut dan membilasnya dengan aquades lalu dikeringkan.
2.      Menyiapakan bahan – bahan yang akan digunakan.
3.      Menyiapkan bahan – bahan  yang akan digunakan yaitu :
Ø  Pembuatan Etanol 70 %
Diambil etanol 70% lalu diukur ad 30 ml menggunakan Gelas ukur 100 ml

Ø  Pembuatan Sukrosa 20 %. 40 % , 60 %
o   Pembuatan Sukrosa 20 % caranya dengan menimbang Sukrosa sebanyak 20 g pada timbangan analitik setelah itu dilarutkan dengan aquades ad 100 ml
o   Pembuatan sukrosa 40 % caranya menimbang sukrosa sebanyak 40 g pada timbangan analitik setelah itu dilarutkan dengan aquades ad 100 ml
o   Pembuatan sukrosa 60 % caranya menimbang sukrosa sebanyak 60 g pada timbangan analitik setelah itu di larutkan dengan aquades ad 100 ml

Ø  Pembuatan Gliserol
Mengambil gliserol sebanyak 30 ml

A.    Menentukan Bobot Jenis
1.      Timbang piknometer kosong (a)
2.      Isi pikno kosong dengan air, ukur suhu (T0C)
3.      Timbang pikno yang berisi air (b)
4.      Hitung bobot air (b-a)
5.      Bersihkan kembali piknometer, kemudian keringkan lagi
6.      Isi pikno dengan cairan sampel
7.      Timbang pikno yang berisi cairan sampel (c)
8.      Hitung bobot cairan sampel (c-a)
9.        Hitung BJ
                                                                    
            BJzat =      Bobotzat x
Vzat
                                                 

dengan Vzat = Vair
                                                (karena menempati ruang yang sama)
                                                  Vair =  bobot air / ρ air


B.     Menentukan Viskositas :
1.      Masukkan cairan kedalam viskometer dengan pipet volume.
2.      Cairan dihentikan dimasukkan apabila setengah ruang yang berebentuk labu terisi
3.      Tutup tabung yang berdiameter lebih kecil dengan bola hisap
4.      Hisap cairan dengan bola hisap hingga naik diatasnya garis paling atas
5.      Lepaskan bola hisap bila cairan turun tampak pada garis pertama, hidupkan stopwatch. Matikan stopwatch ketika cairan telah mencapai garis kedua.
6.      Lakukan percobaan diatas 3 kali pada masing – masing cairan, hitung rata – rata waktu alir tiap cairan.
7.      Hitung kekentalan, dengan rumus
                        ηcairan =







 Tabel Pengamatan
Pengamatan 1
No
Nama Bahan
Berat Zat
Berat Piknometer  kosong
Berat Piknometer + air (10ml)
Berat Piknometer + Zat
Waktu Alir zat Cair ( detik)
Suhu ( 0C)
1.
Lar. Gula 20%










2.
Lar. Gula 40%









3.
Lar.Gula 60%









4.
Etanol 70%









5.
Gliserin 30 ml









6.
Aquades 150 ml









Pengamatan II
No
Nama Bahan
Berat Zat
Berat Piknometer  kosong
Berat Piknometer + air (10ml)
Berat Piknometer + Zat
Waktu Alir zat Cair ( detik)
Suhu ( 0C)
1.
Lar. Gula 20%










2.
Lar. Gula 40%









3.
Lar.Gula 60%









4.
Etanol 70%









5.
Gliserin 30 ml









6.
Aquades 150 ml









Pengamatan III
No
Nama Bahan
Berat Zat
Berat Piknometer  kosong
Berat Piknometer + air (10ml)
Berat Piknometer + Zat
Waktu Alir zat Cair ( detik)
Suhu ( 0C)
1.
Lar. Gula 20%










2.
Lar. Gula 40%









3.
Lar.Gula 60%









4.
Etanol 70%









5.
Gliserin 30 ml









6.
Aquades 150 ml









Lampiran
No.
Gambar
Nama
1.       



Bola Hisap

2.       



Viskometer Kapiler / Ostwald
3.


Beaker Glass
3.       

Piknometer
4.       


Viskometer Cup
5.       


Stopwatch
6.       

Timbangan Analitik
7.       

Viskometer Cone
8.       

Viskometer hoppler




0 komentar:

Posting Komentar

Blog teman" q

Blogger news

Pages

SigfriedTonggeEsnyhayon. Diberdayakan oleh Blogger.

Ads 468x60px

GeofreyRibazz

Followers

Search

Featured Posts