Suspensiii
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Beberapa bentuk
sediaan obat yang umumnya dipakai dalam pembuatan obat, setiap bentuk sediaaan
memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan untuk
apa obat tersebut dipakai. Salah satu bentuk sediaan dari obat yang sering
dijumpai dan sering digunakan adalah suspensi.
suspensi merupakan
sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut tetapi terdispersi
dalam fase cair. Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan secara
fisiologi dapat diabsorpsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk
pemakaian luar denagn tujuan penyalutan. Sediaan dalam bentuk suspensi juga
ditujukan untuk pemakaian oral dengan kata lain pemberian yang dilakukan
melalui mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen
dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna atupun bentuk wadahnya. Pada
prinsipnya zat yang terdispersi pada suspensi haruslah halus, tidak boleh cepat
mengendap, dan bila digojog perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi
kembali. Selain larutan, suspensi juga mengandung zat tambahan (bila perlu)
yang digunakan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi
harus menjamin sediaan mudah digojog dan dituang.
Suspensi dapat
didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi
secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata dalam
pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum.
Beberapa suspensi
diperdagangan tersedia dalam bentuk siap pakai, telah disebarkan dalam cairan pembawa dengan atau tanpa
penstabil dan bahan tambahan farmasetik lainnya.
Selain itu
pembuatan suspensi ini didasarkan pada pasien yang sukar menerima tablet atau
kapsul, terutama bagi anak-anak dan lansia, dapat menutupi rasa obat yang tidak
enak atau pahit yang sering kita jumpai pada bentuk sediaan tablet, dan obat
dalam bentuk sediaan suspensi lebih mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul
dikarenakan luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat.
Oleh karena itu dibuatlah sediaan suspensi. Pembuatan suspensi ini pula
didasarkan pada pengembangan sediaaan cair yang lebih banyak diminati oleh
masyarakat luas. Tetapi dalam pembuatan suspensi juga memerlukan ketelitian
dalam proses pembuatan sehingga kestabilannya dapat terjaga.
Salah satu masalah
yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat
penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut
merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Penggunaan dalam
bentuk suspensi bila dibandingkan dengan larutan sangatlah efisien sebab
suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
Kekurangan suspensi
sebagai bentuk sediaan adalah pada saat penyimpanan, memungkinkan terjadinya
perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi, deflokulasi) terutama jika
terjadi fluktuasi atau perubahan temperatur.
Sasaran utama
didalam merancang sediaan berbentuk suspensi adalah untuk memperlambat
kecepatan sedimentasi dan mengupayakan agar partikel yang telah tersedimentasi
dapat disuspensi dengan baik.
Jadi, alasan
pembuatan suspensi yaitu untuk membuat sediaan obat dalam bentuk cair dengan
menggunakan zat aktif yang tidak dapat larut dalam air tetapi hanya terdispersi
secara merata. Dengan kata lain, bahan-bahan obat yang tidak dapat larut dapat
dibuat dalam bentuk suspensi.
Dengan demikian
sangatlah penting bagi kita sebagai tenaga farmasis untuk mengetahui dan
mempelajari pembuatan sediaan dalam bentuk suspensi yang sesuai dengan
persyaratan suspensi yang ideal ataupun stabil agar selanjutnya dapat
diterapakan pada pelayanan kefarmasian dalam kehidupan masyarakat.
B.
PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN PERMASALAHAN
1.
Suspensi
Chloramphenicol palmitat
a.
Permasalahan
-
Suspensi
dengan cara pengendapan kembali
b.
Penyelesaian
permasalahan
-
Memperkecil
diameter partikel bahan aktif dalam suspensi
-
Bahan
aktif diperkecil agar zat aktif lebih mudah terdispersi secara homogen.
2.
Suspensi Bismuth
Sub nitrat
a.
Permasalahn
-
Membuat
suspensi terflokulasi
b.
Penyelesaian
permasalahan
-
Dengan
menggunakan dispersi dimana pertama kali kita membuat mucilago kemudian serbuk
bahan obat dicampur ke dalam mucillago yang telah terbentuk kemudian
diencerkan, flokulasi encer dan ditambahkan langsung pada bahan yang
diflokulasi.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Suspensi adalah
sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi
dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat
mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera terdispersi kembali.
Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas tetapi kekentalan
suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
Menurut FI Edisi III, suspensi merupakan sediaan yang
mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut , terdispersi
dalam cairan pembawa.
Menurut FI Edisi IV, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Menurut Formularium nasional Edisi II, suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan
pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan
atau tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa
yang ditetapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi
adalah :
1.
Ukuran
partikel.
2. Sedikit
banyaknya bergerak partikel (viskositas)
3.
olak
menolak antar partikel karena adanya muatan listrik
4. Kadar
partikel terdispersi
Ciri-ciri
sediaan suspensi adalah :
- Terbentuk
dua fase yang heterogen
- Berwarna
keruh
- Mempunyai diameter
partikel > 100 nm
- Dapat
disaring dengan kertas saring biasa
- Akan memisah jika didiamkan
Ø
Macam-macam
suspensi
Suspensi berdasarkan kegunaanya
- Suspensi oral
Suspensi oral adalah sediaan cair
yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam cairan pembawa dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditunjukan untuk penggunaan oral.
- Suspensi topical
Suspensi topical adalah sediaan cair
yang mengandung partikael-partikel padat yang terdispersi dalam cairan pembawa
yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
- Suspensi tetes telinga
Yaitu sediaan cair yang mengandung
partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada bagian telinga
luar.
- Suspensi optalmik
Yaitu sediaan cair yang steril yang
mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk
pemakaian pada mata.
·
Suspensi
berdasarkan istilah
1.
Susu
Yaitu
suspensi untuk pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk penggunaan
oral. Contohnya : susu magnesia
2.
Magma
Yaitu
suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya
mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragredasi kuat yang menghasilkan
konsistansi seperti jell dan sifat relogi tiksotropik
3.
Lotio
Untuk golongan suspensi tropical dan emulsi
untuk pemakaian pada kulit.
·
Suspensi berdasarkan sifatnya
1.
Suspensi
deflokulasi
a.
Ikatan
antar partikel terdispersi kuat
b.
Partikel
dispersi mudah mengendap
c.
Partikel
dispersi mudah terdispersi kembali
d.
Partikel
dispersi tidak membentuk cacking yang keras
2. Suspensi flokulasi
a.
Ikatan
antar partikel terdispersi lemah
b.
Partikel
dispersi mengendap secara perlahan
c.
Partikel
dispersi susah terdispersi kembali
d.
Partikel
dispersi membentuk cacking yang keras
Syarat-syarat suspensi adalah sebagai
berikut :
Menurut FI edisi III adalah :
§
Zat
terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
§
Jika
dikocok harus segera terdispersi kembali
§
Dapat
mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
§
Kekentalan
suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang
§
Karakteristik
suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensi tetap
agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama
Menurut FI edisi IV adalah :
§
Suspensi
tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal
§
Suspense
yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus mengandung anti
mikroba
§
Suspense
harus dikocok sebalum digunakan.
Cara pembuatan suspensi
Suspensi dapat dibuat dengan cara :
Ø
Metode
dipersi
Serbuk yang terbagi
halus didispersikan kedalam cairan pembawa. Umumnya sebagai cairan pembawa
adalah air. Dalam formulasi suspensi yang penting adalah pertikel-pertikel
harus terdispersi betul dalam fase cair. Mendispersikan serbuk yang tidak larut
dalam air kadang-kadang sukar, hal ini disebabkan karena adanya udara, lemak
yang terkontaminasi pada permukaan serbuk. Serbuk dengan sudut kontak 900C
disebut hidrofob. Contohnya sulfur, magnesium stearat, dan magnesium karbonat.
Untuk menurunkan tegangan antar muka, antara partikel padat dan cairan pembawa
digunakan zat pembasah dengan nilai HCB (hidrofil lipofil balance) atau
keseimbangan hidrofil lipofil. Nilai HLB 7-9 dan sudut kontak jadi kecil. Udara
yang dipindahkan dan partikel akan terbasahi dapat pula menggunakan gliserin,
larutan Gom, propilenglikol untuk mendispersi parikel padat. Biasa juga
digunakan Gom (pengental).
Ø
Metode
presipitasi
Metode ini terbagi atas 3 yaitu :
ü
Metode
presipitasi dengan bahan organic
Dilakukan dengan cara zat yang tak
larut dengan air, dilarutkan dulu dengan pelarut organic yang dapat dicampur
air. Pelarut organic yang digunakan adalah etanol, methanol, propilenglikol,
dan gliserin. Yang perlu diperhatikan dari metode ini adalah control ukuran
partikel yang terjadi bentuk polimorfi atau hidrat dari Kristal.
ü
Metode
presipitasi dengan perubahan PH dari media
Dipakai untuk obat
yang kelarutannya tergantung pada PH.
ü
Metode
presipitasi dengan dekomposisi rangkap/penguraian
Dimana stabilitas
fisik yang optimal dan bentuk rupanya yang baik bila suspensi diformulasikan
dengan partikel flokulasi dalam pembawa berstruktur atau pensuspensi tipe
koloid hidrofi. Bila serbuk telah dibasahi dan didispersikan diusahakan untuk
membentuk flokulasi terkontrol agar tidak terjadi sediaan yang kompak yang
sulit didispersi kembali. Untuk membentuk flokulasi digunakan elektrolit,
surfaktan, dan polimer.
Bentuk suspensi yang diinginkan
1)
Partikel-partikel
harus mengendap secara perlahan
2)
Partikel-partikel
yang mengendap harus mudah didispersikan kembali
3)
Suatu
suspensi yang terflokulasi lebih diinginkan daripada suspensi yang
terdeflokulasi.
4)
Suatu
suspensi tidak boleh terlalu kental untuk mengurangi kecepatan sedimentasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
suspensi adalah :
1.
Kecepatan sedimentasi (hokum stokes)
Untuk sediaan
farmasi, tidak mutlak dipakai untuk sediaan farmasi biasanya dimana bentuk
suspensorik tidak teratur, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan supaya
suspensi stabil sehingga tidak cepat mengendap. Maksudnya akan terbentuk
cacking dan homogenitas kurang.
2.
Pembahasan serbuk
Pembasahan adalah fenomena terjadinya kontak
antara medium pendispersi dan medium terdispersi dimana permukaan padat udara
digantikan oleh padat cair. Untuk menurunkan tegangan permukaan digunakan
wetting agent atau surfaktan (zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan)
misalnya span dan tween.
3. Floatasi
Floatasi
atau trafung disebabkan oleh :
-
Perbedaan
densitas
-
Partikel
padat hanya terbasahi dan tetap pada permukaan
-
Adanya
absorbsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan
humektan (zat yang digunakan untuk membasahi zat padat).
4.
Pertumbuhan
Kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya
merupakan larutan jenuh, bila terjadi perubahan suhu akan terjadi pertumbuhan
kristal ini dapat dicegah dan penambahan surfaktan.
5. Pengaruh gula
-
Penambahan
larutan gula dalam suspensi akan mengakibatkan fiskositas suspensi naik.
-
Konsentrasi
gula yang besar akan menyebabkan akan terbentuknya kristalisasi dengan cepat
Gula cair 25% mudah ditumbuhi bakteri hingga diperlukan pengawet
-
Hati-hati
jika ada alkohol dalam suspensi
6.
Pemilihan
metode dispersi, depokulasi, dan prokulasi
Komponen
sediaan suspensi :
Komposisi sediaan
suspensi yaitu :
1.
Zat aktif
2.
Bahan tambahan :
-
Bahan
pensuspensi / suspending agent, fungsinya adalah untuk memperlambat
pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan resin, dan
bahan berlemak. Contoh untuk golongan polisakarida yaitu seperti gom akasia,
tragakan, alginat starc. Sedangkan pada golongan selulosa larut air yaitu
seperti metil selulosa, hidroksi etilselulosa, avicel, dan na-cmc.untuk
golongan tanah liat misalnya seperti bentonit, aluminium magnesium silikat,
hectocrite, veegum. Sementara itu untuk golongan sintetik seperti carbomer,
carboxypolymethylene, colloidal silicon dioxide.
-
Bahan
pembasah (wetting agent) / humektan, fungsinya adalah untuk menurunkan tegangan
permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan meningkatkan dispersi bahan yang
tidak larut. Misalnya gliserin, propilenglikol, polietilenglikol, dan
lain-lain.
-
Pemanis,
fungsinya untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Misalnya sorbitol dan sukrosa.
-
Pewarna
dan pewangi, dimana zat tambahan ini harus serasi. Misalnya vanili, buah-buahan
berry, citrus, walnut, dan lain-lain.
-
Pengawet,
sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung bahan alam, atau
bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan tempat tumbuh mikroba).
Selain itu, pengawet diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk pemakaian
berulang. Pengawet yang sering digunakan adalah metil atau propil paraben, asam
benzoat, chlorbutanol, dan senyawa ammonium.
-
Antioksidan,
jarang digunakan pada sediaan suspensi kecuali untuk
zat aktif yang mudah terurai karena teroksidasi.misalnya hidrokuinon, asam galat, kasein,
sisteina hidroklorida, dan juga timol.
-
Pendapar,
fungsinya untuk mengatur pH, memperbesar potensial pengawet, meningkatkan
kelarutan. Misalnya dapar sitrat, dapar fosfat, dapar asetat, dan juga dapar
karbonat.
-
Acidifier,
fungsinya untuk mengatur pH, meningkatkan kestabilan suspensi, memperbesar
potensial pengawet, dan meningkatkan kelarutan. Misalnya asam sitrat.
-
Flocculating
agent, merupakan bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel berhubungan secara
bersama membentuk suatu agregat atau floc. Misalnya polisorbat 80 (untuk
surfaktan), tragakan (polimer hidrofilik), bentonit (untuk clay), dan juga NaCl
(untuk elektrolit).
Kriteria
suspensi yang ideal :
Partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama
dan tidak mengendap cepat dalam wadah.
Endapan yang terbentuk tidak boleh keras (kompak) dan
harus terdispersi dengan cepat dengan sedikit pengocokan.
Harus mudah dituang, memiliki rasa enak dan tahan
terhadap serangan mikroba
Untuk obat luar, harus mudah disebar dipermukaan kulit
dan tidak cepat hilang ketika digunakan serta
cepat kering.
Keuntungan dan
kerugian sediaan suspensi
- Keuntungan :
1.
Baik
digunakan untuk pasian yang sukar menerima tablet/ kapsul, terutama anak-anak.
2.
Homogenitas
tinggi
3.
Lebih
mudah diabsorpsi daripada tablet/kapsul karena luas permukaan
4.
kontak
antara zat aktif dan saluran cerna meningkat
5.
Dapat
menutupi rasa tidak enak/pahit obat (dari larut/tidaknya)
6.
Mengurangi
penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
- Kerugian :
1.
Kestabilan
rendah (pertumbuhan Kristal (jika jenuh), dan degradasi)
2.
Jika
membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya
turun
3.
Alirannya
menyebabkan sukar dituang
4.
Ketetapan
dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
5.
Pada
saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan system dispersi terutama jika terjadi
perubahan temperatur
5.
Sediaan suspensi harus dikocok
terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang
diinginkan.
6.
BAB
III
7.
METODE
PRAKTIKUM
8.
Dr. Alphian .SIP859458/SIP/2001
Jln. Mekar 18 Kendari
R/ Chloramphenicol
palmitat 2,875
CMC
Na 0,5
Polysorbat
80 0,25
Propilenglikol 10
Sir.
Simplex 15
Aqua
ad 50
Pro : Putri
|
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24. B.
KELENGKAPAN
RESEP
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43. Keterangan :
44. ·
R/ : Recipe : Ambillah
45. ·
m.f.d.s
: misce fac da signa : campur buat dan tandai
46. ·
3
dd : ter de die : 3 x sehari
47. ·
ck
: cochlear : sendok makan
48. ·
pro
: propere : untuk
49.
50.
51.
52. C.
URAIAN
BAHAN
53.
54. 1.
CHLORAMPHENICOL
PALMITAT (FI Edisi III Hal. 145)
55. Nama
resmi : CHLORAMPHENICOLI
PALMITAS
56. Nama
sinonim : kloramfenikol
palmitat
57. Rumus
molekul : C27H42Cl2N2O6
58. Berat
molekul : 561,56
59. Pemerian : serbuk
hablur halus, licin, putih, bau lemah,rasa tawar
60. Kelarutan
: praktis
tidak larut dalam air, larut dalam 45 bagian etanol (95%)p, dalam 6 bagian kloroform p,
dan dalam 14 bagian eter p
61. Penyimpanan
: dalam wadah tertutup
baik, terlindung dari cahaya
62. Khasiat
: antibiotikum
(obat yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme atau
membunuh mikroorganisme)
63.
64. 2.
CMC
Na (FI Edisi III Hal. 401)
65. Nama
resmi : NATRII
CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
66. Nama
sinonim : natrium
karboksimetil selulosa
67. Pemerian
: serbuk
atau butiran, putih atau putih kuning gading tidak
berbau atau hampir tidak berbau, higroskopik
68. Kelarutan
: mudah
mendispersi dalam air,membentuk suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol
(95%)p, dalam eter
p dan dalam pelarut organic lain
69. Penyimpanan
: dalam
wadah tertutup rapat
70. Khasiat
: zat tambahan
71.
72. 3.
POLYSORBAT
80 (FI Edisi III Hal. 509)
73. Nama
resmi : POLYSORBATUM 80
74. Nama
sinonim : polisorbat 80
75. Pemerian
: cairan
kental seperti minyak, jernih, kuning, bau asam
lemak, khas
76. Kelarutan : mudah
larut dalam air, dalam etanol (95%)p, dalam
etil asetat p dan dalam etanol p, sukar larut dalam
parafin cair, dan
dalam minyak biji kapas p
77. Penyimpanan
: dalam wadah tertutup
rapat
78. Khasiat
: zat tambahan
79.
80. 4.
PROPILENGLIKOL
(FI. Edisi III Hal. 534)
81. Nama
resmi : PROPYLENGLYCOLUM
82. Nama
sinonim : Propilenglikol
83. Rumus
molekul : C3H8O2
84. Berat
molekul : 76,10
85. Pemerian
: Cairan
kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopik
86. Kelarutan
: Dapat
campur dengan air, dengan etanol (95%)p, dan
dengan kloroform p, larut dalam 6 bagian eter p,
tidak dapat campur dengan eter minyak tanah p, dan dengan minyak lemak
87. Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
88. Khasiat
: Zat tambahan, pelarut
89.
90. 5.
SIRUP
SIMPLEX (FI. Edisi III Hal. 567)
91. Nama
resmi : SIRUPUS SIMPLEX
92. Nama
sinonim : Sirop gula
93. Pembuatan
: Larutkan 65 bagian
sakarosa dalam larutan metal paraben
0,25% b/v secukupnya hingga diperoleh
100 bagian sirop
94. Pemerian
: Cairan jernih,
tidak berwarna
95. Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup
rapat, di tempat sejuk
96.
97. 6.
AQUADEST
( FI.Edisi III Hal.96 )
98. Nama
resmi : AQUA DESTILLATA
99. Nama
sinonim : Air suling, Air
murni
100.
Rumus molekul : H2O
101.
Berat molekul : 18,02
102.
Pemerian : Cairan jernih;
tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai
rasa
103.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
104.
105.
D. PERHITUNGAN
BAHAN
106.
1.
Chloramphenicol
palmitat = 2,875 gram
107.
2.
CMC
Na = 0,5 gram
108.
·
Air
panas = 20
bagian x 0,5 (bb CMC Na)
109.
= 10 gram ∞ 10 mL
110.
·
Air
dingin =
10 bagian x 0,5 (bb CMC Na)
111.
= 5 gram ∞ 5 mL
112.
3.
Polysorbat
80 = 0,25
gram
113.
4.
Propilenglikol
= 10 gram
114.
5.
Sir.
Simplex =
15 gram
115.
6.
Aqua
ad = 50 –
(2,875+0,5+0,25+10+15+10+5)
116.
= 50 – 43,625 = 6,375 gram ∞ 6,375 mL
117.
118.
E.
ALAT
DAN BAHAN
119.
ALAT
120.
1.
Botol
50 g
121.
2.
Cawan
krus
122.
3.
Gelas
ukur
123.
4.
Hot
plate
124.
5.
Kertas
perkamen
125.
6.
Lap
kasar
126.
7.
Lap
halus
127.
8.
Lumpang
dan alu
128.
9.
Pipet
tetes
129.
10. Sendok
tanduk
130.
11. Sudip
131.
12. Timbangan
kasar
132.
BAHAN
133.
1.
Aquadest
134.
2.
Cholaramphenikol
palmitat
135.
3.
CMC
Na
136.
4.
Polisorbat
80
137.
5.
Propilenglikol
138.
6.
Sirup
simplex
139.
140.
F.
CARA
KERJA
141.
1.
Siapkan
alat dan bahan yang digunakan
142.
2.
Tara
botol 50 gram
143.
3.
Buat
mucilago Na.CMC
144.
·
Timbang
Na.CMC 0,5 gram, ukur aqua panas 10 mL kemudian masukkan dalam mortir
145.
·
Taburkan
Na.CMC kedalam mortir yang telah berisi aqua panas
146.
·
Diamkan
15 hingga 20 menit ad mengembang
147.
·
Ukur
aqua dingin 5 mL tambahkan lalu kocok
148.
4.
Timbang
propilenglikol 10 gram, pada cawan yang telah ditara
149.
5.
Timbang
polisorbat-80 0,25 gram pada cawan yang telah ditara
150.
6.
Timbang
kloramfenikol 2,875 gram
151.
7.
Campur
propilenglikol dan polisorbat, panaskan diatas hotplate, aduk lalu masukkan
kloramfenikol sambil diaduk
152.
8.
Semua
campuran dituangkan pada Na.CMC sambil
digerus
153.
9.
Timbang
sir. Simplex 15 gram dalam cawan kemudian campur pada campuran tadi
154.
10. Masukkan
dalam botol, tambahkan sisa aqua ad 50 gram
155.
11. Beri
etiket putih dan tulisan “kocok dahulu “
156.
157.
G. WADAH
158.
-
Botol
50 g
159.
160.
H. ETIKET
PUTIH
161.
Apotek Bina Husada Kendari
Jln. Asrama Haji no.17 Telp. 0401
319093
Apoteker : Tantri
SIK : F.11.113
|
No : 07 Tgl :
20-4-12
Nama : Putri
Aturan
Pakai : 3
x sehari 1
Sendok makan
|
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
A. RESEP NO. SUSPENSI BISMUTH SUB NITRAT
Dr. Syelomitha
SIP 859458/IDI/2003
Jln. Mekar 18 Kendari
R/ Bismuth
subnitrat 2
Tragacanth 0,65
Alkohol 4
Sod.
Citrat 0,01
Aqua
ad 60
m.
f. d. s. tdd.c1
Pro :
Anna
|
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
B.
KELENGKAPAN
RESEP
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
Keterangan
:
204.
·
R/ : Recipe : Ambillah
205.
·
m.f.d.s
: misce fac da signa : campur buat dan tandai
206.
·
3
dd : ter de die : 3 x sehari
207.
·
c
1 : cochlear unum : 1 sendok
208.
209.
C.
URAIAN
BAHAN
210.
1.
BISMUTH
SUBNITRAT (FI Edisi III Hal.118)
211.
Nama resmi : BISMUTHI SUBNITRAS
212.
Nama sinonim : bismuth subnitrat
213.
Pemerian : serbuk hablur
renik, putih, tidak berbau, tidak berasa
, berat
214.
Kelarutan : praktis tidak larut
dalam air dan dalam pelarut organik,
larut sempurna dalam asam klorida p dan dalam
asam nitrat p
215.
Penyimpanan : dalam wadah
tertutup rapat, terlindung dari cahaya
216.
Khasiat : adstrigen saluran
pencernaan (obat yang digunakan
untuk menciutkan selaput lendir dalam saluran
pencernaan)
217.
218.
219.
220.
221.
2.
TRAGACANTH
(FI Edisi III Hal. 616)
222.
Nama resmi : TRAGACANTHA
223.
Nama sinonim : tragakan
224.
Pemerian : tidak berbau, hampir tidak berasa
225.
Kelarutan : dalam air agak
sukar larut dalam air, tetapi mengembang
menjadi massa homogen, lengket
dan seperti gelatin
226.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
227.
Khasiat : zat tambahan
228.
229.
3.
AETHANOLUM
(FI.Edisi III Hal.66)
230.
Nama resmi : AETHANOLUM
231.
Nama sinonim : Etanol, Alkohol
232.
Pemerian : Cairan tidak
berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala
biru yang tidak berasap
233.
Kelarutan : Sangat mudah larut
dalam air, dalam kloroform p, dan
dalam eter p
234.
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup rapat, terlindung dari cahaya,
ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
235.
Khasiat : Zat tambahan
236.
237.
4.
SOD.
CITRAT (FI Edisi III Hal. 406)
238.
Nama resmi : NATRII CITRAS
239.
Nama sinonim : natrium sitrat
240.
Rumus molekul : C6H5Na3O7.2H2O
241.
Berat molekul : 294, 10
242.
Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk halus putih
243.
Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, praktis tidak
larut dalam etanol
(95%)p
244.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
245.
Khasiat : antikoagulan (obat
yang berfungsi mencegah terjadinya
pembekuan darah)
246.
247.
5.
AQUADEST
(FI.Edisi III Hal.96)
248.
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
249.
Nama sinonim : Air suling, Air murni
250.
Rumus molekul : H2O
251.
Berat molekul : 18,02
252.
Pemerian : Cairan jernih;
tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai
rasa
253.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
254.
255.
D. PERHITUNGAN
BAHAN
256.
1.
Bismuth
subnitrat = 2 gram
257.
Aqua untuk membasahi, yang akan
dipipet
258.
= x 2 gram = 0,5 mL
259.
2.
Tragakan
= 0,65 gram
260.
Mucilago tragakan = 20 bagian aqua x berat tragakan
261.
=
20 x 0,65 = 13 mL
262.
Jadi, air untuk tragakan 13 mL
263.
3.
Alcohol
= = = 4,9 mL
264.
4.
Sod.
Citrat = 0,01 gram = 10 mg
265.
Pengenceran Na. sitrat :
266.
= x 20 mL = 4 mL
267.
5.
Aqua
= 60 –
(2+0,5+0,65+13+4,9+4)
268.
=
60 – 25,05 = 34, 95 mL
269.
270.
E.
ALAT
DAN BAHAN
271.
ALAT
272.
1.
Batang
pengaduk
273.
2.
Botol
60 mL
274.
3.
Gelas
ukur
275.
4.
Kertas
perkamen
276.
5.
Pipet
tetes
277.
6.
Lap
halus
278.
7.
Lap
kasar
279.
8.
Lumpang
dan alu
280.
9.
Sendok
tanduk
281.
10. Sudip
282.
11. Timbangan
kasar
283.
12. Tisu
284.
285.
BAHAN
286.
1.
Aquadest
287.
2.
Alkohol
288.
3.
Bismuth
sub nitrat
289.
4.
Natrium
sitrat
290.
5.
Tragakan
291.
292.
F.
CARA
KERJA
293.
1.
Siapkan
alat dan bahan
294.
2.
Tara
botol 60 gram
295.
3.
Buat
mucilago tragakan dengan cara timbang 0,65 gram tragakan, basahi dengan aqua 13
mL, tambahkan alcohol 4,9 mL lalu diamkan hingga membentuk mucilago
296.
4.
Gerus
bismuth subnitrat 2 gram, basahi dengan aqua 0,5 mL
297.
5.
Ambil
4 mL sod.sitrat, masukkan kecampuran sebelumnya
298.
6.
Buat
pengenceran natrium Sitrat dan ambil 4 mL , kemudian masukkan dalam campuran
No.5
299.
7.
Masukkan
No. 5 ke No. 4, gerus, kemudian masukkan dalam botol
300.
8.
Ditambahkan
aqua ad 60 g
301.
9.
Beri
etiket putih yang berlabel “ kocok dahulu “
302.
303.
G. WADAH
304.
-
Botol
60 mL
305.
306.
H. ETIKET
PUTIH
APOTEKBINA HUSADA
Jln.Asrama haji No. 17 C Telp. 319130
Apoteker : Tantri
SIK :
F.11.113
No : 08 Tgl
: 20-04-2012
Nama pasien : Anna
Aturan pakai : 3 x sehari 1 sendok makan
Kocokdahulu
|
307.
308.
309.
310.
311.
312.
313.
314.
315.
316.
317.
318.
319.
320.
321.
322.
323.
324.
325.
326.
BAB
IV
327.
PEMBAHASAN
328.
329.
Suspensi merupakan sediaan cair
yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Dalam pembuatan suspensi, kita selaku praktikan mengharapkan hasil dari
suspensi yang kita buat itu adalah merupakan suspensi yang masuk dalam kategori
suspensi ideal atau stabil setidaknya. Suspensi yang ideal merupakan suspensi yang memiliki kriteria yakni,
partikel yang terdispersi harus mempunyai ukuran yang sama dan tidak mengendap
cepat dalam wadah, endapan yang terbentuk tidak boleh keras, dan harus
terdispersi dengan cepat dengan sedikit pengocokan, harus mudah dituang,
memiliki rasa enak dan tahan terhadap serangan mikroba, untuk obat luar harus
mudah disebar dipermukaan kulit dan tidak cepat hilang ketika digunakan serta
cepat mengering.
330.
Namun
dalam praktikum,
tidak semua suspensi yang dihasilkan itu merupakan suspensi yang ideal ataupun
stabil. Hal ini bisa saja disebabkan karena kurangnya ketelitian kita selaku
praktikan pada saat dilakukannya pembuatan suspensi sehingga menyebabkan
sediaan suspensi tidak maksimal hasilnya. Suspensi yang tidak sempurna pada
biasanya disebabkan oleh mucillagonya
yang kadang-kadang tidak mengembang sehingga menyebabkan suspensi tidak
maksimal. Pada pembuatan mucilago, sering
dialami kegagalan sebab pada saat penuangan air panas misalnya, bahan yang ada
di dalam mortir tidak dengan cepat diaduk pada saat dituangkan air panasnya
sehingga menyebabkan mucilago tidak mengembang.
331.
Pada peracikan R/7, sediaan
suspensi yang mengandung chlorampenicol palmitat, dibuat dengan cara
pengendapan kembali dimana untuk membuat suspensi ini maka para praktikan
haruslah memperkecil diameter partikel dari bahan aktifnya. Pada pembuatan
suspensi ini chloramphenicol palmitat dan bahan natrium CMC-nya terlebih dahulu
dilarutkan dalam air panas sebab kita ketahui sendiri bahwa kelarutan dari
natrium CMC adalah dia akan mudah mendispersi dalam air, kemudian setelah itu
barulah dilakukan penambahan aqua dingin.
332.
Bahan propilenglikol dicampur terlebih
dahulu dengan polisorbat kemudian dipanaskan setelah itu chlorampenikolnya
ditambahkan terakhir. Hal ini dimaksudkan agar pada saat menuangkan campuran
tersebut ke dalam mucillago
natrium CMC, akan membentuk mucilago yang
sempurna. Dengan begitu hasil dari pembuatan suspensi yang kita dapatkan
bisa dikategorikan ke dalam suspensi yang ideal ataupun stabil.
333.
Pada pembuatan suspensi bismuth
subnitrat, menggunakan sistem pembuatan suspensi terflokulasi. Suspensi ini
dibuat dengan cara flokulasi agent dilarutkan dalam larutan encer secara
langsung pada bahan yang akan di flokulasi. Pada pembuatan suspensi R/8 bismuth
subnitrat ini, kesalahan sering terjadi pada saat dilakukannya pembuatan mucillago tragakan. Kesalahan ini biasanya
disebabkan karena pada saat dilakukannya pembasahan pada tragakan oleh aqua
serta penambahan pada alkoholnya. Hal seperti ini biasanya menyebabkan endapan
yang terjadi tidaklah sempurna atau maksimal sehingga memerlukan pengocokan
yang maksimal pula agar dapat terdispersi kembali.
334.
Kesalahan yang sering terjadi pada
saat pembuatan suspensi harulslah menjadi acuan untuk kita sebagai praktikan
agar pada pembuatan suspensi selanjutnya dapat dperoleh hasil yang maksimal.
Karena dengan belajar dari kesalahan seperti inilah kita dapat menciptakan
ataupun menghasilkan sediaan suspensi yang ideal dan stabil.
BAB
V
PENUTUP
335.
336.
A. KESIMPULAN
337.
1.
Suspensi
adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair.
338.
2.
Salah
satu keuntungan suspensi adalah tertutupnya rasa tidak enak atau rasa pahit
obat yang kebanyakan kurang disukai oleh anak-anak sehingga memungkinkan untuk
diberikan pada anak-anak.sedangkan kerugiannya adalah pada saat penyimpanan
kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi.
339.
3.
Suspensi
yang ideal setidaknya haruslah dibuat dengan tepat, mengendap secara lambat dan
harus rata lagi bila dikocok.
340.
341.
B. SARAN
342.
§
Diharapkan
kepada semua mahasiswa/siswi untuk lebih
banyak belajar mengenai sifat, stabilitas, tipe suspensi maupun cara melarutkan
dan penyimpananya.
343.
§
pada
saat pembuatan suspensi, praktikan harus mengetahui kelarutan dari bahan-bahan
obat yang dikerjakan, Praktikan juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi stabilitas suspensi, agar dapat menghasilkan suspensi yang baik.
344
0 komentar:
Posting Komentar